Safety First Football
Melanjutkan tulisan
sebelumnya yang berjudul “Sepakbola Kambing”, sepertinya tidak lengkap jika kita
tidak melihat ada apa dibalik peristiwa tersebut. Kenapa terjadi sebuah
pertandingan culas pada gelaran penting 8 besar divisi utama liga Indonesia,
antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang.
Kasus seperti ini
harus dilihat secara menyeluruh, kita jangan hanya fokus pada pertandingan PSS
Sleman vs PSIS Semarang saja. Akan tetapi harus kita lihat pula hal yang
menjadi alasan mengapa kedua tim ini sangat ngotot menginginkan kekalahan satu
sama lain.
Ya, menurut
peraturan di babak 8 besar divisi utama Liga Indonesia, kemenangan PSS Sleman
maupun PSIS Semarang akan mengantarkan salah satu tim lolos ke semifinal dan
berhadapan dengan tim yang ‘menakutkan’: Borneo FC.
Bukan ditakuti di
atas lapangan, akan tetapi Borneo FC ditakuti karena ancaman dan tekanan yang
diberikan para pendukungnya terhadap para pemain tim lawan yang bertandang ke
Kalimantan. Hal ini sudah terbukti pada gelaran Borneo FC ketika menjamu Persis
Solo. Faktor keselamatan inilah yang membuat takut para pemain PSS Sleman atau
PSIS Semarang jika berhadapan dengan Borneo FC di kandangnya.
Inilah yang harus
segera dicarikan solusinya. Menghukum kedua tim yang melakukan sepakbola
kambing sudah menjadi kewajiban, dan itu sudah dijalankan PSSI. Tetapi faktor
keamanan dalam suatu pertandingan sepakbola sepertinya menjadi sangat penting
agar tidak terjadi kembali hal-hal negatif dalam persepakbolaan negeri ini.
Antara panitia penyelenggara pertandingan, PSSI, dan pihak aparat keamanan
terkait harus lebih jeli melihat adanya kemungkinan faktor ancaman dari luar
lapangan, sebelum memutuskan layak atau tidaknya sebuah kota maupun stadion untuk
menggelar pertandingan.
Bagaimanapun aktor
utama persepakbolaan Indonesia adalah para pemain sepakbola itu sendiri. Mereka
adalah aset bangsa, yang mungkin suatu saat bisa mengharumkan nama Indonesia
melalui timnas sepakbola kita. Ketika keselamatan mereka terancam pada saat
melakukan partai tandang, hal ini otomatis akan mempengaruhi gaya permainan di
lapangan. Kemungkinan muncul permainan negatif seperti sepakbola kambing
semakin berpeluang terjadi. Aparat pengaman pertandingan seharusnya paham akan
hal ini.
Ketika bermain di
kandang sendiri, suporter tuan rumah yang meneror tim lawan sejatinya adalah
sebuah hal yang sangat lumrah. Akan tetapi bukan menjadi sebuah pembenaran bagi
pendukung klub sepakbola manapun di dunia ini, untuk menghalalkan berbagai
macam ancaman agar tim lawan takut dan kemudian tim yang dibelanya bisa menang.
Apa lagi hingga mengancam keselamatan hidup pemain lawan.
Sepertinya PSSI
harus kembali mengingatkan kepada setiap klub yang berlaga di kompetisi
sepakbola kita, bahwa sebuah kompetisi sepakbola itu adalah ajang untuk proses
pematangan seorang pemain agar nantinya bisa memperkuat timnas. Tujuan akhirnya
adalah sebuah tim nasional sepakbola Indonesia yang berkualitas, dan mampu
menjuarai ajang-ajang internasional dan mengharumkan nama Indonesia. Sepakbola
Indonesia tidak akan berkembang jika hal-hal negatif terus menggerogoti
profesionalitasnya.
Semoga siapapun
yang aktif dalam pengelolaan sepakbola kita lebih mengutamakan safety first dan
fair play dalam segala aspek sepakbola, baik di dalam lapangan, di dalam
stadion, maupun di luar stadion. Jangan sampai ketika sudah timbul – lagi –
korban jiwa, PSSI hanya bisa menyesal dan mengutuk kejadian tersebut. Sepakbola
kambing ini jangan sampai semakin menyebarkan bau busuknya, dan kembali
mempermalukan kita bangsa Indonesia...
Hidup sepakbola!
Hidup Indonesia!
*soundtrack: Netral - Garuda di Dadaku*
Comments
Post a Comment