Sepakbola Kambing
Masih ingatkah
dengan sepakbola gajah? Tragedi sepakbola yang membuat malu negara kita belasan
tahun lalu itu, kini telah berubah menjadi sepakbola kambing. Ya... baru-baru ini sepakbola Indonesia kembali memunculkan bau tak sedap, seperti bau kambing. Enek,
membuat lambung mual dan ingin memuntahkan segala isi perut ke atas lapangan
hijau.
Sepakbola dan
kambing biasanya hanya bertemu pada saat sebuah pertandingan sepakbola
dilangsungkan diatas lapangan rumput, di desa-desa, dimana banyak kambing
berkeliaran mencari makan di lapangan tersebut. Namun di minggu terakhir bulan
Oktober 2014 kemarin, sepakbola dan kambing sepertinya secara sengaja
berkolaborasi dengan apik dalam suatu pertunjukan yang amat sangat mencoreng
nilai sportivitas dalam dunia olahraga.
Bau busuk kambing
menyeruak dari divisi utama liga sepakbola Indonesia. Pertandingan PSS Sleman
melawan PSIS Semarang yang menebar bau tak sedap tersebut. Partai usiran yang
dilangsungkan di lapangan sepakbola kawasan militer sepertinya tak bisa
mendongkrak kedisiplinan dan sportivitas para pemain di lapangan.
Pertandingan yang
berakhir dengan skor 3-2 bagi kemenangan PSS Sleman, terjadi dengan 5 gol bunuh
diri yang tercipta di akhir babak kedua. Semua gol yang terjadi jelas terlihat
sebagai gol yang disengaja, karena kedua tim ingin menderita kekalahan dan
terhindar dari pertandingan berat di fase berikutnya. Entah kenapa panpel
pertandingan dan aparat penegak hukum di atas lapangan pun seolah cuek melihat
tayangan memalukan tersebut.
Keanehan juga
muncul di kalangan suporter yang seolah-olah menerima perilaku pemain yang
tidak sportif di lapangan. Biasanya, seorang pendukung yang baik akan selalu
berusaha memberikan dukungan yang maksimal terhadap tim yang didukungnya agar
meraih hasil positif di lapangan. Ajaibnya, hal yang tidak rasional terjadi,
para pendukung seakan diam saja dan tidak kecewa dengan kekalahan yang ada. Suporter
sejati seharusnya marah melihat tim yang didukungnya berlomba-lomba mengejar
kekalahan. Bukankah kemenangan yang dikejar dalam sebuah pertandingan???
Hal yang paling miris,
adalah ketika “anak gawang” yang rata-rata merupakan pemain junior binaan
sekolah sepakbola, diberikan contoh yang “terbaik” oleh para pemain sepakbola
profesional, seolah-olah hal yang tak sportif sah-sah saja dilakukan dalam
sebuah pertandingan sepakbola. Apa yang akan terjadi pada masa depan sepakbola
Indonesia, ketika generasi muda sepakbola sudah diperlihatkan kejadian semacam
itu???
Sanksi keras sudah
diberikan oleh komisi disiplin PSSI, PSS Sleman dan PSIS Semarang kemudian
didiskualifikasi dari ajang 8 besar divisi utama liga Indonesia, dan dihukum turun ke divisi di bawahnya. Namun apakah
hal tersebut bisa memberikan efek jera? Dapatkah PSSI menjamin bahwa tidak akan
ada lagi kejadian yang sama di kemudian hari? Semoga saja tidak, dan seharusnya
tidak terjadi lagi.
Semoga semua pihak
yang terkait dengan persepakbolaan Indonesia dapat belajar dari kejadian ini.
Ke depannya semoga cabang olahraga sepakbola bisa mengharumkan nama Indonesia,
tidak lagi menyebarkan bau busuk kambing yang membuat pilu. Jangan malu-maluin lagi deh pokoknya, semoga...
*soundtrack: Blur - Coffee and TV*
Comments
Post a Comment