Sebuah Ucapan Maaf

Ibu, maafkan aku.

Semua yang sudah ku rencanakan kali ini berujung kegagalan.

Entah kapan terakhir kalinya aku mendapatkan keberhasilan dari sebuah rencana hidup kecil yang ku siapkan.

Ini bukan tentang selera, ini tentang sebuah pilihan.

Dengan memilih yang terbaik, mungkin adalah cara paling bijak yang ada saat ini.
Tetapi terbaik itu subjektif, Bu.

Aku juga ingin mendapatkan kebahagiaan seperti yang bisa didapatkan orang lain.

Tiap usaha ku menuju arah itu, selalu terbentur.

Ah, aku galau.

Aku malu di tahun ini masih merasa galau.

Belum siap, seperti apa yang mungkin Ibu harapkan.

Ini semua mungkin bukan rencana yang baik, Bu.

Ibu, semoga do'amu masih bergema dan melancarkan usaha ku.

Semoga Yang Maha Pencipta menempatkan Ibu di tempat terbaik.

Ibu, anakmu ini selalu terjebak dalam sebuah keadaan mudah.

Ketika datang angin yang meneduhkan, selalu saja aku mampu menikmatinya.

Namun, terkadang nafsu dan logika selalu beradu ketika aku menikmati sejuknya angin.

Kadang diri ini tak sabar untuk mengikuti angin tersebut, tapi ada juga bagian dari diri ini yang menahan tubuhku agar tak masuk ke dalam pusaran angin tersebut.

Dan langkah yang kupilih setelahnya selalu hadirkan gagal.

Kenapa angin ya Bu? Aku berbicara soal makhluk cantik.

Makhluk cantik yang sayangnya belum sempat aku kenalkan padamu Ibu.

Pernah suatu ketika aku tak mampu mengungkapkan rasa, hingga akhirnya sosok yang ku kagumi pergi menjauh dan tak tergapai.

Kemudian suatu saat, aku menemukan sosok yang ku kagumi. Tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, aku utarakan maksudku di awal. Malah sosok tersebut menjadi takut, panik. Lagi-lagi sebuah kegagalan.

Aku memang selalu tak mengerti tentang rasa. Selalu hanya bisa mengambil hikmah dari sebuah peristiwa.

Cantik, cerdas, pandai memasak, jago menyanyi, dan terutama rajin beribadah, agar mampu membimbing anak-anakku nanti.

Aku memang belum berhasil dapati yang seperti itu.

Pasangan hidup yang kan hadirkan tawa dan tangis, berbagi cerita, baik senang, sedih, susah, amarah, seorang sosok yang bisa mendorong diri ini untuk melakukan yang terbaik.

Sosok yang bisa membuatku yakin akan pilihanku telah memilih dia.

Ibu dari cucumu kelak, Ibu.

Maafkan aku Ibu, aku belum mendapat jodoh.

Semoga Allah menjagamu di alam sana, Ibu.

Aku selalu mendo'akanmu.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"