Tiga Kata Satu Tanda Tanya
“Kamu lagi apa?”
Hanya sepenggal
kalimat itu yang tertulis dalam pesan blackberry yang ku kirim untukmu.
Kalimat yang
menunjukan perhatian dan rasa penasaran tentang apa yang sedang diperbuatmu saat
ini.
Cukup tiga kata:
kamu, lagi, dan apa. Diakhiri dengan tanda tanya yang menunjukan bahwa aku
ingin sekali mengetahui keberadaanmu setiap waktu.
Namun, kata-kata
yang terus aku ulangi setiap hari tersebut nampaknya menimbulkan kejenuhan
tersendiri bagimu yang kukagumi.
Ah, andai saja kau
tahu kebingunganku.
Andai kau tahu rasa
gugup yang hadir saat ingin meneruskan percakapan denganmu, tetapi dihalangi
keterbatasan kata.
Entah hilang kemana segala kata yang pernah kupelajari di bangku sekolah dulu.
Ingin rasanya diri
ini membuka kamus besar Bahasa Indonesia dan mencari kalimat indah disana untuk
ku ungkap padamu.
Seandainya Chairil
Anwar, W.S Rendra, Taufik Ismail atau siapapun yang mampu merangkai kalimat
puitis, berada di sampingku dan berikan aku nasihat.
Atau mungkin mereka
memang ada di dekatku. Tetapi mereka sengaja bersembunyi sambil menertawakan
kecanggungan diriku.
Begitu teganya
mereka hingga akhirnya kalimat paling puitis dan penuh perhatian yang aku bisa
tuliskan hanya sebatas: Kamu lagi apa?
Sungguh dibalik 3
kata dan satu tanda tanya itu hadir berjuta perhatian dan kasih sayang yang
ingin tercurahkan kepadamu.
Rasa yang hanya untukmu.
Karena cinta tak
butuh kecerdasan. Ini soal rasa.
Rasa yang melebihi segala kata indah yang ada di dunia.
Kesal rasanya
ketika menganggap diri ini kreatif, tetapi menjadi tanpa kreatifitas saat
berhadapan dengan rasa.
Aku akui kurasa
lemah akan hal tersebut.
Kerumitan rasa
selalu membuatku terhuyung-huyung dalam duga.
Rasa ingin tahu
selalu menyeruak tanpa mengandalkan logika.
Entah sampai kapan
ku akan terus mengirimkan 3 kata dan satu tanda tanya itu padamu. Tapi saat ini
hanya kalimat tersebut yang mampu hadir di pikiranku dan terus-menerus menggema
bak teriakan dalam gua.
Aku yakin Einstein,
John Locke, Karl Marx, Tan Malaka, Hatta, dan siapapun akan merasakan hal yang
sama jika sedang berada dalam posisiku saat ini. Kecuali Soekarno, mungkin.
Maaf jika membuatmu
jenuh, bukan maksud hatiku menjadi manusia membosankan.
Kuharap kau mengerti.
Aku sedang mencoba
hilangkan gugup. Aku sedang mencoba hilangkan takut.
Gugup, karena tak
mau mengecewakanmu. Takut, karena tak ingin kehilanganmu.
*OST: Naif -
Jikalau*
Comments
Post a Comment