Mahasiswa Absurd (Cerita Bersambung)
Hai, nama gue Kiki.
Nama panjang gue sih Abdul Muhammad Rizki Utama Sejahtera Satrianegara, tapi
orang-orang biasa manggil gue Kiki, cuma Kiki, enggak pake Fatmala ataupun
Amelia. Gue cowok berumur 22 tahun, lahir di Bandung, dan masih kuliah di salah
satu Universitas Negeri di Indonesia, jurusan Ilmu Hukum. Beruntung gue bisa
jadi salah seorang anak Indonesia yang masih bisa mengenyam bangku kuliah,
disaat banyak anak cerdas dan berbakat di negeri ini enggak mampu melanjutkan sekolah
ke jenjang perguruan tinggi.
Oh iya, meskipun
gue lahir dan besar di Bandung, udah lima tahun terakhir ini gue tinggal di
Jakarta. Tapi tetep, lebih milih kuliah di Bandung, dan alhamdulillah keterima.
Hobi gue fotografi dan musik, maka dari itu gue milih jurusan hukum. Enggak
nyambung yah? Namanya juga masuk kuliah, pas ujian masuk sih pilihan utamanya bukan hukum tapi komunikasi visual. Yah... tapinya mau gimana lagi, Tuhan
menentukan takdir-Nya agar gue masuk disitu, enggak apa-apa deh. Selain itu,
gue suka nonton bola, maen futsal, juga maen game, kayak cowok lain pada
umumnya.
Kampus gue adalah
salah satu kampus yang lumayan terkenal di Bandung, bahkan cukup dikenal oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia kayaknya. Di kampus gue yang sebegitu gedenya ini,
entah kenapa gue bisa dipertemukan dengan empat orang sahabat gue yang kadang
baik, kadang jahat, kadang iseng, kadang jadiin gue bahan taruhan juga, kadang
sedih, kadang marah, kadang rindu, kadang cinta, apaan sih?!
Mereka itu Rendi,
Dani, Erdi dan Idan. Mereka selalu jadi penghibur buat gue disaat gue sedih,
susah, senang, dan mereka bisa-bisanya menghibur disaat sebetulnya gue enggak
butuh hiburan. Futsal lah yang berjasa mempertemukan kami berlima. Permainan
sepakbola mini itu yang membuat kita saling kenal. Dulu, waktu itu kira-kira baru
sebulan gue menjalani perkuliahan, gue dan temen-temen gue berkenalan pada
suatu hari seleksi penerimaan anggota baru tim futsal kampus.
Sebenernya ada
banyak temen gue yang lain, tapi entah kenapa empat orang itu selalu ada
dipikiran gue, mungkin ini salah satu gejala gue menjadi homo?! Aduh, amit-amit
cabang olahraga deh... Kuliah di Bandung membuat gue mesti hidup mandiri. Dan
setahun terakhir ini kita berlima memutuskan untuk tinggal bareng dalam satu
rumah. Beneran ini, jangan-jangan gue homo?! Ah, tapi enggak mungkin... Ya
udah, gue bakalan ngenalin lu sama empat sahabat gue ini.
Pertama, ada yang
namanya Rendi. Orang yang bernama Rendi Haryana ini lahir di kota Bandung 22
tahun yang lalu, entah lahirnya normal atau Emaknya waktu itu enggak sengaja
bersin, terus keluar deh seonggok Rendi ini. Orangnya ganteng, putih – hmmm,
insting homo gue keluar – dan kalo ngomong, logat sundanya itu enggak bisa
ilang. Rendi ini amat sangat suka sama yang namanya musik rock jadul gitu. The
Beatles, The Doors, Rolling Stones, Led Zeppelin, Deep Purpple, dekaka, itu
semua grup band idola dia.
Selain dengerin
musik, Rendi juga emang anak band sih, ganteng, dan disukai banyak perempuan.
Salutnya gue sama dia, meskipun disukai banyak cewek, dia tetep setia sama
pacarnya yang bernama... Aduh gue lupa nama ceweknya, nanti deh gue inget-inget
dulu namanya siapa.
Lanjutin soal
Rendi, dia kuliah di jurusan yang sama bareng gue, beda sama gue yang lumayan
rajin hadir di kelas, si Rendi ini jarang banget masuk kuliah dengan alesan
bandnya sering dapet jadwal manggung di pensi-pensi sekolahan yang bentrok sama
jadwal kuliah dia. Entah itu bener apa enggak. Gue harap sih dia sukses dengan
karir ngebandnya, bisa rekaman, terus hasil rekamannya laku di pasaran,
kemudian terkenal, dan akhirnya ngajak gue buat jadi manajer pribadinya.
Lumayan kan, gue jadi enggak susah-susah nyari kerja hahaha.
Uniknya, meskipun
jarang masuk kuliah, tapi kalo ujian di kampus nilai dia itu sering banget ngalahin
nilai gue! Emang sih kalo udah dateng masa-masa ujian, si Rendi ini rajin
banget belajar, baca-baca buku gitu, baca jurnal, baca cerita-cerita dewasa,
dan kadang-kadang nonton bokep?! Eh, maaf bukan maksud hati mengungkap aib
temen sendiri, Cuma keceplosan aja. Sorry Ren.
Di hari ujian dia
sering banget jadi orang yang paling cepet beres ngerjain semua soal ujian. Dia
selalu aja keluar dari ruangan duluan. Ini mungkin juga salah satu efek dari
seringnya dia nonton film Fast and The Furious, jadinya bisa cepet ngerjain
soal ujian. Malahan pernah sekali waktu, dia keluar ruangan bahkan sebelum
petugas pengawas ujian selesai ngebagiin soal! Nanti jangan-jangan si Rendi ini
bisa keluar ruangan ujian pas petugas yang ngawasin ujian baru beres mandi di
rumahnya.
Enggak ngerti deh
sama si Rendi ini, walaupun lahir Cuma lewat bersin doang, tapi dia dianugerahi
sebutir otak yang cemerlang. Pokoknya dari empat orang temen gue yang tinggal
serumah sama gue, dia yang paling cerdas diantara yang lain, termasuk lebih
cerdas dari gue.
Kedua, ada temen
gue yang namanya Dani. Lahir di Ibukota 23 tahun yang lalu, berkacamata, dan
sering su’udzon sama orang. Dani rajin membaca buku-buku tentang sejarah, biografi
tokoh-tokoh terkenal, ideologi dunia, juga teori-teori konspirasi gitu, dari
sejak dia duduk, berdiri, bahkan tiduran di sekolah dasar.
Dani meyakini bahwa
semua kekacauan yang terjadi di dunia ini adalah hasil kreasi dari organisasi
yahudi terselubung yang bernama ‘Freemason’ yang emang bertujuan membuat dunia
berada dalam keadaan semerawut dan penuh ketidakpastian. Pernah denger? Gue sih
pernah. Gue denger itu dari cerita temen gue, si Dani Irawan.
Di kampus gue, Dani
hinggap di fakultas Ekonomi, jurusan Akutansi. Sebenernya dia pengen banget masuk
jurusan Ilmu Sejarah, sesuai sama hobinya. Demi membuat senang kedua orangtuanya,
akhirnya dia mengikuti keinginan Bokapnya yang nyuruh dia masuk fakultas Ekonomi,
agar nanti setelah lulus dia biasa menjadi pegawai bank, sesuai dengan apa yang
menjadi profesi bokapnya saat ini.
Dani itu selalu
memberikan komentar terhadap apapun yang terjadi di negeri kita tercinta, NKRI.
Dia selalu berpikir kalau setiap kejadian yang berhubungan dengan politik,
hukum dan ekonomi secara makro, adalah sebuah konspirasi asing yang coba mengguncang
kedaulatan negara kita. Cerita tentang teroris, nasib TKW di luar negeri,
kenaikan BBM, Freeport di Papua, gerakan Papua Merdeka, kasus-kasus korupsi,
dan hal-hal yang terkait pemerintahan lainnya adalah sebuah konspirasi.
Saking logisnya
teori si Dani ini, gue dan temen-temen gue yang lain kadang gampang percaya aja
gitu sama ceritanya. Teori-teori konspirasi yang coba dia ceritain emang banyak
juga sih yang diceritain di buku-buku gitu. Tapi kadang gue suka nganggep kalo
ketakutan Dani tentang konspirasi terlalu berlebihan. Paling kacau adalah waktu
dia pernah berpikir bahwa gue, Rendi, Idan, dan Erdi, adalah bagian dari
konspirasi yang coba menangkap dan mengeksekusi orang-orang yang terlalu banyak
tahu tentang teori konspirasi tersebut. Edan lah si Dani pokonamah!!!
Disiplin adalah
kata yang terkadang juga bisa menyebalkan, apalagi ketika Dani coba menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dia terkadang suka memaksa empat sahabatnya –
termasuk gue – untuk hidup disiplin. Misalnya kalo lagi kumat nih sifat semi
militernya, dia suka bangunin kita semua jam setengah lima pagi. Padahal kita
abis begadang nonton bola nyampe jam tiga malem.
Kadang-kadang waktu
mandi pun dibatasi, pokoknya siapa yang menghabiskan waktu mandi lebih dari
setengah jam bakalan kena sanksi, yaitu hukuman buat bersihin kamar mandi.
Menurut dia disiplin adalah kunci kesuksesan seseorang. Ada benarnya sih, tapi
kadang melewatkan eh, terlewatkan eh, maksudnya kelewatan.
Dani itu entah
kerasukan roh petinggi militer yang mana, selain disiplin, dia selalu mengawali
hari dengan latihan fisik. Push up, sit up, back up, pull up, close up, meet
up, whatsapp, squatch jump, juga lari pagi, menjadi menu sarapan dia
sehari-hari, selain nasi uduk di sebelah rumah kontrakan kita. Hafal banyak
lagu wajib nasional – termasuk lagu yang sebetulnya enggak wajib-wajib amat
buat dihafalin – membuat Dani mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Hal ini
yang membuat Dani sering terlibat perdebatan yang panjang kali lebar dalam
merumuskan naskah proklamasi eh, maksudnya dalam melihat kebijakan yang selama
ini diambil pemerintah Indonesia.
Ketiga, ada Erdi Lesmana.
Lahir di Sumedang 22 tahun yang lalu, temen yang satu ini nih yang menurut gue
ngerti banget sama sifat keempat sahabatnya. Menurut gue, temen gue yang satu
ini adalah satu-satunya orang paling sabar di dunia yang masih hidup. Orang
yang bener-bener menjadi barang langka yang mungkin bernilai ratusan juta kalau
dilelang, enggak jauh beda harganya sama mobil antik mahal gitu.
Selain sabar, Erdi
bisa gue gambarkan dalam satu kata lagi, yaitu: bersih. Dia demen banget
beres-beres rumah kontrakan kita, orang yang paling peduli sama kebersihan
diantara kita berlima. Kita sih fine-fine aja sama kebiasaan dia, malah serasa
punya pembantu gitu hehe. Saking cintanya Erdi sama kebersihan, kadang-kadang
dia bisa mandi sampe lima kali sehari! Katanya sih “Biar selalu bersih.”
Kalo kita lagi
jalan-jalan nih terus dia ngeliat ada puntung rokok yang terkapar tak berdaya di
tengah jalan, tanpa pikir panjang dia langsung ambil terus dia buang puntung itu
di tempat sampah, “agar tidak membahayakan orang lain” itu alasannya. Suatu
hari, hal ini pernah jadi masalah.
Waktu itu kita
berlima otewe pulang ke Bandung dari Jakarta. Pas gue lagi asyik nyetir mobil
di Tol Cipularang, eh tiba-tiba Erdi teriak-teriak minta mobil diberhentiin
mendadak.
“Ciiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt!!!”
mobil gue rem mendadak. Hampir aja mobil yang ada di belakang, nabrak mobil
yang gue bawa. Teriakan Erdi bikin nyawa dan persahabatan kita berlima hampir selesai
pada saat itu.
“Ada apa bro? Kok
disuruh berhenti?” Tanya gue.
“Lu kebelet? Entar
aja deh berhenti di rest area aja, biar sekalian bisa jajan.” Sahut Dani.
“Enggak bro, itu
mobil yang lewat di sebelah kita buang puntung rokoknya sembarangan. Kan bisa
bahaya buat mobil-mobil lain yang lewat...” jawab Erdi polos.
“Sialan, kirain gue
kenapa... hampir mati nih kita.” Celetuk gue.
“Gue belom kawin
nih!” Sahut Idan.
“parah lu bro,
pikasebeleun pisan...” sambung Rendi.
SKIP! Itu salah
satu hal yang menyebalkan dari Erdi. Walaupun menyebalkan tetapi hal tersebut
merupakan sebuah prinsip hidup yang mesti gue pahami. Mudah-mudahan suatu saat
dia bisa jadi menteri kebersihan dan kesabaran Indonesia.
Di kampus gue, Erdi
masuk di jurusan Bahasa Jerman. Alasan dia masuk jurusan itu sih sepele, karena
dari kecil dia sangat tergila-gila dengan segala hal yang berbau Jerman.
Menurut dia, Jerman itu cerdas, dibuktikan dengan banyaknya pemikir yang lahir
disana, juga banyak teknologi canggih hasil penemuan ilmuan-ilmuan Jerman.
Selain cerdas, mobil-mobil rancangan negeri Jerman juga sangat dikagumi Erdi,
mewah dan klasik katanya. Terakhir sih alasannya ya apalagi kalau enggak soal
sepakbola, udah dari kecil Erdi menyukai gaya permainan timnas Jerman.
Terakhir ada Idan, Raden
Bagus Kusumaningrat nama lengkapnya. Katanya sih dia keturunan keraton, tapi
entah keraton yang mana. Idan lahir di Bogor 22 tahun yang lalu. Karena beda jurusan,
gue kurang begitu tau gimana aktivitas perkuliahan yang dilakuin sama salah
satu temen gue ini, tapi yang jelas di akhir semester, nilai dia selalu bagus. Sangat
rajin menulis puisi atau sajak, selain itu dia juga pinter gambar, dan alasan
itu yang akhirnya membuat dia diterima di jurusan Desain Komunikasi Visual di
kampus gue.
Idan jago banget
gambar sketsa wajah, banyak orang yang sering minta dibuatin gambar sketsa
wajahnya sama dia, dan dari situlah dia bisa menambah uang jajan. Karena
kreatifitasnya, dia pun sering diminta tolong membuat desain backdrop panggung
atau desain poster acara kampus gitu. Sesekali dia juga ikut tampil dalam
pentas seni, bukan untuk bermain musik, tetapi membaca sajak atau puisi hasil
ciptaannya sendiri.
Kalau soal musik,
Idan seneng banget dengerin musik punk, karena menurut dia dalam lirik-lirik
lagu band punk sering terdapat pesan-pesan sosial yang ngena banget, apa lagi
pesan perlawanan terhadap kemapanan katanya. Maklum, keturunan ningrat yang ini
pengin banget lepas dari dunia darah birunya. Padahal kalo menurut gue sih
lirik lagunya bang Iwan Fals, Doel Sumbang sama Franky Sahilatua juga banyak
yang bertema sosial yang ngena banget juga. Tapi... ya sudahlah, gue sama Idan
emang berbeda hehehe.
Meski doyan denger musik,
Idan enggak bisa nyanyi. Istilah seninya sih buta nada. Cuma sayangnya dia
selalu maksa minta ke Rendi buat jadi vokalis di bandnya Rendi, bahkan udah
berkali-kali. Untungnya Rendi mempunyai cita rasa musik yang tinggi, jadi
enggak mau nerima Idan buat jadi vokalisnya. Karir band Rendi bisa tamat kalo
Idan jadi vokalis, dan gagal deh rencana gue jadi manajer band papan atas hehe.
(disambung di lain waktu, jika Allah SWT mengizinkan...)
Lucu. Ditunggu terusannya. :D --dee
ReplyDeleteHehehe...makasih mba dukungannya :)
DeleteTerus mampir yah...
Terusannya udah ada:
http://letsficktheearth.blogspot.com/2015/08/mahasiswa-absurd-chapter-2.html
FH Unpad ya kak? Widih anaknya classic rock banget ya, aku mah taunya cuma britpop.
ReplyDeleteBisa dibilang Unpad, tapi sejak kapan Unpad punya DKV? hehe mungkin itu cuma harapan dari penulis....hehe :P
DeleteYang jelas ini karya fiksi, jadi bisa aja ada kebetulan yang sama dengan kenyataan atau bisa jadi cuma khayalan penulis aja....
tetep support ya....makasih udah mampir di blog ini :)
Soal britpop, saya sih suka Manic Street Preachers, Radiohead, Blur, sama beberapa lagu karya Oasis :)