My Opinion About The Book: "Anak-Anak Revolusi" (Buku 1)

Judul: Anak-Anak Revolusi (Buku 1)
Penulis: Budiman Sudjatmiko
Penerbit: Gramedia (PT Gramedia Pustaka Utama)
Tahun terbit: 2013, Desember (Cetakan kedua)
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,3
Cover:


Judul bukunya yang sangat provokatif membuat gue penasaran untuk beli buku ini. Buku pertama dari dua buku yang ditulis oleh Budiman Sudjatmiko. Autobiografi yang ditulis dengan bahasa novel, membuat gue terhanyut saat membacanya. Deskripsi tentang keadaan di masa orde baru, dimana banyak masalah yang tidak pernah diungkap ke permukaan, ternyata hadir secara nyata di negeri kita tercinta ini. Buku ini berhasil mendeskripsikan ketakutan rakyat di era 80-an hingga runtuhnya orde baru.

Di awal buku Mas Budiman menggambarkan kepanikan saat peristiwa 27 Juli 1996 berlangsung. Peristiwa yang akhirnya membuat penulis dituding sebagai dalang kerusuhan pada saat itu. Kronologis yang diawali oleh penyerangan kantor pusat salah satu partai yang ada di negeri ini. Untaian peristiwa yang dicatat apik di setiap pembuka bab demi bab dalam buku ini, bikin gue penasaran. Pokoknya enggak bisa berhenti baca buku ini sampe habis.

Bagaimana tekanan represif yang dilakukan penguasa, kesulitan berpendapat di masa orba, juga kondisi masyarakat saat itu, tergambar dengan baik dalam buku ini. Informasi yang sangat bermanfaat bagi generasi saat ini yang sedang bingung menentukan peran sebagai warga negara. Budiman Sudjatmiko bertutur secara detail tentang cerita tentang situasi terancam antara hidup dan mati, dan referensi bacaan yang memberikan motivasi tersendiri baginya untuk melakukan perubahan bagi Indonesia yang lebih demokratis.

Buku ini secara keseluruhan menceritakan kisah hidup penulis dari sejak beliau kecil dan hidup di sebuah desa di daerah Jawa Tengah, hingga proses terjadinya momentum reformasi. Sebagai referensi bagi generasi yang hadir setelah momen bersejarah tersebut, tentunya buku ini sangat berguna. Banyak prinsip dan sikap penulis yang bisa dicontoh oleh generasi muda masa kini yang mungkin kurang mencintai bangsa sendiri. Ini cuma mungkin loh yah, gue enggak menyimpulkan semua anak muda kekinian enggak nasionalis.

Buku ini enggak hanya terkait politik, dan sejarah sang penulis dalam proses pergerakan menuju abad reformasi semata. Tapi juga dihiasi dengan konflik personal yang terjadi antara mas Budiman dengan keluarganya yang selalu mendapat teror, dan terus diliputi kekhawatiran. Proses perjuangan memang butuh banyak pengorbanan. Begitulah sekelumit hikmah yang bisa gue ambil dari buku ini. Dan semua itu memang berdasarkan pembuktian empiris dari penulis itu sendiri. Ya namanya juga autobiografi.


Sebetulnya banyak yang bisa gue ceritain disini terkait bukunya mas Budiman, tapi takut spoiler. Pokoknya buku ini layak menjadi salah satu acuan alternatif deskripsi tentang sejarah bangsa ini. Jika satu sudut pandang ini memberikan alternatif bacaan yang sangat bermanfaat, sudilah kiranya bagi banyak tokoh bangsa yang masih hidup dan berperan besar atas perubahan negara, turut memberikan sumbangsih tulisannya juga. Itu menurut gue, dengan bahasa yang baik dan benar hehe. Meski semua tulisan tersebut subjektif, tapi itu lebih baik daripada membiarkan generasi masa depan melahap buku sejarah sekolahan yang isinya kurang menyeluruh dan enggak “cover both side”. Emangnya artikel hehe... Selebihnya, terakhir, buat kamu-kamu yang gaul, bacalah buku ini. Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"