My Opinion About The Book: "Slilit Sang Kiai"
Judul: Slilit Sang Kiai (Edisi Kedua)
Penulis: Emha Ainun Nadjib
Penerbit: Mizan (PT Mizan Pustaka)
Tahun terbit: 2014, Februari (Cetakan kedua)
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,7
Siapa tidak kenal
Emha Ainun Nadjib? Seorang budayawan senior asal dari Yogyakarta yang sangat
peduli dengan kondisi bangsa, terutama kondisi umat Islam yang menjadi umat
beragama mayoritas di bumi Indonesia ini. Sebuah karyanya yang unik dan
menggelitik, adalah buku “Slilit Sang Kiai” ini. Gue sendiri pertama kali baca
buku ini milik seorang junior di sebuah kampus negeri di Provinsi Banten. Udah
pada bisa nebak kali universitas apaan. Menarik, sehingga gue sendiri
memutuskan untuk membeli buku ini, sebagai salah satu referensi titik tolak
berpikir dalam menanggapi sebuah pemasalahan.
Jujur aja, sejak
kecil gue tahu tentang Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun. Pertama kali ngeliat ketika beliau
datang ke acara Sewindu Pesantren Gontor Putri di Mantingan, Ngawi – Jawa
Timur. Gue kebetulan waktu itu sedang mengunjungi teteh yang kebetulan nyantri
di lokasi tersebut. Banyak orang heboh dan ingin berfoto dengan beliau. Gue
pikir pasti ini orang terkenal. Semakin hari, semakin mengenal Cak Nun bersama
grup Kiai Kanjeng yang berdakwah melalui pertunjukan musik berbau etniknya, serta pernikahannya
dengan Emak dalam sinetron Keluarga Cemara, Novia Kolopaking. Terlalu
infotainment banget yah?! Begitulah gue mengenal Emha Ainun Nadjib waktu kecil.
Banyak yang
membicarakan Emha Ainun Nadjib sebagai seorang sufi, bahasa westernnya ya
filsuf. Itu kata orang, gue sendiri enggak begitu paham. Sampai akhirnya baru
gue tahu berbagai pemikiran beliau setelah baca buku ini. “Slilit Sang Kiai”
merupakan kumpulan tulisan Cak Nun di dekade 80-an hingga awal 90-an
dalam kolom surat kabar, juga pada media massa lainnya di masa itu. Sebetulnya buku ini
udah pernah dirilis di tahun 1992 – 1993 dengan judul yang sama. Kebetulan gue
beli buku ini versi edisi barunya, entah apa perbedaannya gue enggak tau.
Sepertinya hanya penyesuaian dalam ejaan tulisan aja. Mungkin.
Buku ini adalah
pertama kalinya gue mengenal pemikiran Cak Nun. Terkesan slengean
dalam menyikapi sesuatu, terutama segala fenomena yang pernah heboh, yang
terjadi di negeri ini di masa orde baru. Katanya kan orde baru begitu represif
terhadap segala pola pikir yang nyeleneh, yang tidak bersesuaian dengan
asas-asas Pancasila, tapi hal tersebut sepertinya tak menjadi teror yang
menakutkan bagi Cak Nun. Meskipun dalam beberapa tulisannya, beliau menuliskan
maksudnya secara tersirat, mungkin dengan tujuan menghindari tindakan represif
pemerintahan. Namun, tetap saja pemikirannya fenomenal menurut gue. Berani asal
jeplak dalam mengungkap sesuatu, tanpa takut efek buruk cibiran masyarakat
padanya, juga tak gentar pada tindakan represif orde baru. Hal yang menjadi ciri
khas tulisan Cak Nun dalam buku ini.
Masih terlalu
dangkal pemikiran gue dalam mereview pemikiran Cak Nun. Banyak hal
yang mesti digali lagi dari tulisan-tulisan Emha Ainun Nadjib lainnya, agar gue
bisa tahu kayak apa sih sebenernya sosok tokoh yang satu ini. Yang jelas,
buku ini sangat berharga dalam mengajarkan cara berdialektika dalam menyikapi
sebuah fenomena kehidupan, terutama peristiwa yang terjadi di negeri ini.
Marilah membaca buku ini, agar kita semua paham bagaimana cara seseorang yang
memiliki khazanah keilmuan yang luas dalam menyikapi sesuatu. Semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment