Cerita Hari Ini
Mau cerita dikit aja nih.
Keyakinan gue sebagai seorang muslim, bertambah sejak hari ini.
Hari ini sebuah hal kecil yang mungkin bagi sebagian orang cuma kejadian sepele, membuat gue semakin yakin memilih agama yang gue anut.
Prolog:
Gue muslim, dan agama Islam udah gue anut sejak lahir. Orang bisa bilang gue Islam turunan, karena memang begitu keadaannya.
Gue sempat menjadi berontak terhadap Sang Pencipta, berontak akibat nasib gue - faktor internal keluarga - yang bikin gue kecewa terhadap-Nya.
Banyak tahun gue lewatin tanpa mengingat-Nya.
Perubahan terjadi setelah peristiwa meninggalnya Ibunda gue tersayang di 2013 lalu. Sejak saat itu, gue coba mempelajari seluk beluk agama dengan lebih baik lagi.
Sebelum wafatnya Ibu, gue banyak belajar agama. Bahkan, sejak kecil pun gue banyak belajar tentang agama. Tapi itu semua hanya sekedar menambah pengetahuan, tapi tidak pernah gue yakini sepenuhnya.
Gemerlap dunia, dan kebahagiaan sebuah keluarga yang "utuh" yang ternyata fana di mata Tuhan, enggak pernah gue alami. Sedikit banyak mempengaruhi persepsi gue tentang-Nya.
Alhamdulillah, dari 2013 sampai sekarang, meski ada fluktuasi, gue coba perbaiki hidup gue. Diawali dengan perbaikan ibadah ritual yang diwajibkan oleh-Nya. Rukun Islam coba gue jalanin, meski baru 4 dari 5 rukun yang gue jalanin.
Hal yang coba gue sharing tentang hari ini 8 September 2015 adalah sebagai berikut ini guys:
Senin kemarin, berbicara finansial, uang yang gue pegang itu cuma tinggal seratus ribu rupiah. Gue nekat melakukan silaturahmi. Kata orang sih silaturahmi itu menambah rejeki.
Silaturahmi yang gue lakuin juga cukup jauh, dari Pandeglang ke Kota Serang. Mesti naek angkot dengan ongkos delapan ribu rupiah agar gue bisa sampai ke tujuan.
Dalam perjalanan, gue bbm-an dengan beberapa sahabat gue yang sedang dalam kesulitan finansial yang sama dengan gue. Kebetulan tujuan pertama gue di kota Serang adalah menemui mereka. Intinya, gue berbagi cerita, saling menghibur diri, merupakan kegiatan paling mengasyikan diantara keresahan hati nurani kami dalam menjalani kehidupan di negeri para bebenah hehe.
Siang itu, ku datang menghampiri sahabat gue di rumah kost bedeng mereka. Gue coba memeriahkan suasana dengan memesan dua gelas mingin (minuman dingin) dari warung si Teteh, sekalian gue lunasin utang gue di warung itu bekas minggu kemaren sebesar sepuluh ribu.
Selang waktu berlalu, gue ngelanjutin perjalanan buat sekedar mencari hiburan. Gue coba dateng ngeliat kegiatan "Black September" di kampus yang dulu pernah menjadi tempat gue berproses menjadi manusia. Kalian itung aja lah berapa duit yang tersisa di kantong gue. Dalam perjalanan menuju kampus, gue teringat akan seseorang. Pada tau lah maksud gue siapa. Gue hubungin dia, terus dia minta dibeliin sesuatu deh. Gue sih iya aja, apa sih yang enggak buat si seseorang itu. Hehe.
Gue tiba di kampus, kemudian memberikan pesanan tersebut kepada seseorang yang gue bilang di atas. Bertemu dengannya, menjadi sebuah keberkahan yang patut gue syukuri. Bersyukur karena dia masih sehat, dan bisa tersenyum seperti biasanya. Enggak lama kemudian, dia pamit pulang. Gue anterin ke depan kampus, cuma itu yang bisa gue lakuin buat saat ini. Enggak ada yang spesial. Alhamdulillah.
Akhirnya gue habisin waktu begitu lama di kampus hingga malam menjelang. Gue bareng temen gue cabut dari kampus dan balik lagi ngedatengin sahabat-sahabat gue yang tadi siang, tetapi di lokasi yang berbeda. Kebatulan, untuk tahun ini, gue dan sahabat-sahabat tercinta enggak mesti kebingungan buat tinggal dimana. Kebaikan masih tak meninggalkan kita. Sebuah rumah menjadi lokasi kita untuk berkreasi, berkontemplasi, berasimilasi, reboisasi, nasionalisasi, dan apalah lainnya deh. Hal yang gue syukuri di hari kemarin. Alhamdulillah, lagi.
Di rumah baru yang sedang belum ditempati itu, gue ketemu sama salah satu sepupu gu yang kebetulan rumahnya deket dari lokasi rumah kontrakan. Gue coba mampir ke rumahnya, bertemu dengan salah satu tante yang sangat gue sayang. Bersama Tante, adik dari Bapakku itu, gue ngobrol ngalor ngidul tiada batas. Banyak nasehat yang keluar darinya buat gue. Sebuah momen berharga, nilai spesial dari silaturahmi. Lagi-lagi Alhamdulillah.
Pulang dari rumah tante, gue kunjungi lagi rumah kontrakan. Disana tiga sahabat sedang asyik bergumul di depan laptop mencari IP Adress seseorang. Setelah selesai dengan urusan laptop, kami berempat sharing tentang masa lalu ketika berkutat di satu organisasi mahasiswa yang sama. Sebuah organisasi kekeluargaan yang membesarkan pemikiran kami. Sebuah proses yang lagi-lagi menjadi salah satu hal yang patut disyukuri. Alhamdulillah again.
Tengah malam,. kami putuskan meninggalkan rumah kontrakan untuk menuju kostan yang tadi siang gue datengin. Sebelumnya, munculah ide untuk sekedar nongkrong di warung kopi di samping sebuah pusat perbelanjaan kapitalis berkedok anak singkong. Disana, sahabat gue ngerasa laper. Kesulitan yang tadi siang diceritain ke gue, belum ada solusinya. Sedikit rejeki masih tersisa di kantong gue. Alhamdulillah, gue masih bisa bantu temen. Kenyang. Kemudian kami kembali ke kostan untuk bermimpi.
Alarm handphone gue bunyi jam lima shubuh.
Gue bangun, kemudian pergi dari kostan. melakukan rutinintas sebagai muslim di sebuah masjid, lalu mencari sarapan yang murah banget. Untung apa yang gue cari ada, hadir setiap pagi di samping pusat perbelanjaan kapitalis berkedok anak singkong yang semalem. Setelah makan, gue coba itung-itung lagi uang yang ada di kantong. Tipis. Tersisa cuma buat ongkos pulang ke Pandeglang aja. Serius. Sedikit ngeluh dalam hati, tapi kemudian coba bersyukur. Akhirnya gue putuskan pulang ke rumah. Pagi, tanggal 8 September 2015. Alhamdulillah, masih ada sisa uang buat ongkos.
Turun dari angkot, gue mesti ngelanjutin perjalanan menuju rumah gue dengan berjalan kaki. Kira-ira 500 meter lah jaraknya. Disinilah Allah SWT menguatkan keyakinan gue. Tanpa diduga, gue bertemu dengan seseorang yang merupakan tentangga sekomplek. Beliau, kalau menurut teteh gue sih, ada hubungan kekerabatan. Gue emang sombong kali yah, sampe enggak tau kalo di komplek sendiri itu banyak saudara. Alhamdulillah, tetangga yang masih saudara ini memberikan sedikit uang yang nominalnya lebih dari yang gue bawa ke Serang kemarin. Alhamdulillah. Memang rejeki terkadang dateng dari arah yang tak diduga. Sebuah statement yang menjadi kenyataan.
Akhirnya, sore ini gue berangkat ke Serang lagi, setelah sedikit beristirahat dan menyelesaikan beberapa hal di rumah. Kembali ke Serang, untuk silaturahmi. Bertemu orang-orang yang sebetulnya itu-itu saja. Berbagi kegembiraan bersama sahabat-sahabat. Namun, dibalik itu semua terkandung pembelajaran hidup yang selalu bisa disyukuri. Alhamdulillah.
Sepele kan?
Sangat sepele. Cuma hal itu menambah keyakinan gue kepada Allah SWT. Keimanan meningkat, membuat ibadah ritual yang dijalankan menjadi lebih bermakna. Seakan ada hubungan timbal balik yang terjadi antara gue dengan-Nya. Ini kali yang bikin ulama besar ngerasa deket sama Tuhan. Gue mulai ngerasain hal itu. Meyakini agama yang dianut, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, memberikan sudut pandang lain dalam menjalani hidup. Trust me, it works!
TAMAT
Comments
Post a Comment