My Opinion About The Book: "Cahaya Dari Koto Gadang"

Judul: Cahaya dari Koto Gadang (Novel Biografi Haji Agus Salim (1884-1954))
Penulis: Haidar Musyafa
Penerbit: Penerbit Spirit & Grow
Tahun terbit: 2015, April
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,2
Cover:

Halo guys, gue mau resensi buku lagi nih. Suatu hari gue ke toko buku bareng sama keponakan gue. Nah, dengan secara kebetulan gue nemu novel ini. Sebuah novel hasil karya mas Haidar Musyafa yang berjudul “Cahaya dari Koto Gadang”. Tertulis penjelasan di covernya bahwa ini tuh sebuah novel biografi Haji Agus Salim. Salah seorang sosok yang begitu banyak disebut dalam buku-buku sejarah terbentuknya NKRI yang kita cintai. Jujur, karena begitu sedikit cerita tentang Haji Agus Salim yang pernah gue denger, maka gue putuskan langsung membeli novel ini, meski uang yang gue bawa pas-pasan hehe. Setelah buku yang dicarai sama keponakan gue ketemu, kita berdua langsung cus pulang aja, karena enggak sabar lagi buat ngebaca buku masing-masing yang baru aja dibeli.

Sesampainya di rumah, gue langsung baca ini novel. Cukup sehari semalam untuk menuju halaman terakhir dari novel ini. Alhamdulillah, akhirnya gue banyak mendapat informasi tentang sosok Pahlawan Nasional yang satu ini. Haji Agus Salim dikenal dengan kemampuannya menguasai bahasa asing. Bahkan, lebih ada beberapa yang dikuasai dengan fasih, yaitu bahasa Belanda, Arab, Inggris, Perancis, hingga Jepang. Karena kemampuan inilah beliau terpilih menjadi salah satu diplomat yang dikirim ke luar negeri pertama kali oleh Presiden Soekarno, untuk mengabarkan kemerdekaan negara Indonesia, sekaligus membuka hubungan kerjasama dengan negara lain. Peranan penting yang berfungsi menarik pengakuan dari negera asing terhadap kemerdekaan Indonesia. Meskipun saat menjalankan tugas itu beliau sudah tidak dalam usia muda lagi.

Selain itu, Haji Agus Salim merupakan salah satu tokoh yang berperan penting pada terbentuknya Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) di zaman kolonial. PSII merupakan sebuah partai Islam yang tadinya berasal dari organisasi masyarakat yang bernama Syarekat Islam (SI) yang banyak berperan dalam membangun spirit perlawanan terhadap penjajahan, dengan berlandaskan ajaran agama Islam. Sepanjang hidupnya, tokoh sentral SI yaitu Raden Mas H.O.S. Tjokroaminoto sering menjadikan Haji Agus Salim sebagai sosok tempat bertukar pikiran. Juga peranan penting Haji Agus Salim dalam membimbing generasi muda bangsa pada masa penjajahan yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond. Dan masih banyak hal-hal lainnya yang diceritakan dengan apik oleh mas Haydar dalam novel karyanya ini.

Dengan alur sebuah novel, kita diajak masuk pada proses kehidupan Haji Agus Salim sebagai manusia biasa, yang terasa begitu manusiawi. Digambarkan caranya berpikir, cara menimbang suatu persoalan sebelum diambil keputusan mengenai hal tersebut, manjanya, kesedarhanaannya, kebingungannya, sedih, susah, bahagianya. Sebuah karya yang penuh dengan rasa. Membuat para pembaca bakalan ikut terharu, ikut bingung, dan ikut bahagia, mengikuti apa yang dirasakan Haji Agus Salim sebagai tokoh utama novel ini. Satu hal yang juga baru gue tahu adalah sederhananya kehidupan pernikahan Haji Agus Salim dengan istrinya. Bahkan, kalau gue bilang sih nyaris selalu dirundung kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Beruntung istri beliau mempunyai rasa sabar dan tabah tingkat dewa.

Seperti biasa, gue emang seneng dengan karya-karya yang bercerita tentang tokoh-tokoh di era kemerdekaan. Intinya, gue sangat mengapresiasi tulisan dengan tema sejarah. Apa lagi sejarah bangsa sendiri. Era pergerakan di awal abad 20 memang menjadi hal yang seru untuk diikuti. Sebagai generasi yang hidup di awal abad 21, gue ngerasa apa yang terjadi di masa tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi saat ini. Entah hal ini membahagiakan atau menyedihkan. Hanya sedikit perbedaan dengan masa seratus tahun lalu, membuktikan stagnasi negeri ini. Statis, tak bergerak ke arah maju. Jadinya, kemajuan Indonesia selama ini terlihat semu. Akan tetapi, jika ditinjau dari sudut yang lain, ada peatah yang mengatakan bahwa history repeat it self. Jadi haruskah generasi saat ini mulai bergerak menuju era kebangkitan bangsa berikutnya?! Novel ini salah satu yang layak dibaca dan disimpan dengan baik di rak buku di rumah anda, agar menjadi panduan bagi generasi berikutnya.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"