Sepakbola Eropa Kita


Entah mengapa akhir-akhir ini enggak pernah kepikiran buat nulis tentang sepakbola. Otak ini sibuk dengan ilusi-ilusi lainnya, yang memang teramat mendesak untuk dipikirkan. Seiring berjalannya sanksi FIFA untuk Indonesia, belum terlihat perdamaian antara PSSI dan pemerintah yang berdaulat, untuk satu visi ke depan demi memajukan sepakbola nasional.

Sudahlah, berhenti disitu. Lebih baik kita bahas benua kiblat sepakbola, Eropa. 2015 hampir berakhir, segala turnamen musiman sedang berjalan menuju titik tengah. Sementara kualifikasi menuju Euro 2016 di Perancis, telah berakhir. Tersisa babak playoff demi 4 tiket pamungkas menuju Paris, yang diperebutkan tiga negeri skandinavia, tiga negeri balkan, sebuah negeri britania, dan satu pecahan Soviet. Kita tunggu siapa yang lolos, terus nanti gue bakalan bahas peluang satu persatu timnas.

Sementara pada kasta tertinggi kompetisi penuh gengsi klub-klub eropa, UEFA Champions League, sudah merampungkan setengah perjalanan fase grup, yang terdiri dari delapan grup yang masing-masing berisi empat klub. Awal November nanti setengah perjalanan fase grup akan berlanjut, demi memperebutkan tempat di perempatfinal.

Begitu pula di kompetisi kasta kelas dua klub-klub eropa, UEFA Europa League, yang perjalanannya sama dan sebangun dengan UCL. Hanya klub pesertanya aja yang mungkin terdengar sedikit asing di kuping kita. Gengsi kompetisi ini naik setelah Sevilla, sebagai juara UEL musim lalu, mendapat reward untuk bertarung di UCL. Semangat baru itulah yang membuat kompetisi UEL menjadi makin meriah. Menjadi alternatif bagi klub yang tak mampu meraih prestasi pada kompetisi liga dan piala di negeri sendiri.

Liga-liga top eropa pun memberikan cerita seru. Di Inggris, Arsenal si selalu gagal juara kini sedang bersaing ketat dengan duo Manchester di puncak klasemen Liga Premier Inggris. West Ham secara mengejutkan ikut terlibat dalam persaingan kelas atas itu Sedangkan juara musim lalu, Chelsea, masih tertahan di papan tengah klasemen setelah menjalani 10 laga awal. Mourinho, the one to blame, menjadi gosip terkini di Inggris. Akankah pemecatan Mou untuk kedua kalinya menjadi kenyataan?

Sementara AS Roma dan SSC Napoli terdepan dalam memperebutkan puncak klasemen Serie A. Kehilangan Pirlo, Vidal dan Tevez, menjadikan Juve kini merasa senasib dengan AC Milan dan Internazionale yang angin-anginan. Fiorentina yang di awal musim terlihat menjanjikan, perlahan tapi pasti mulai kehilangan stamina dalam menjaga pacunya. Entah apa yang terjadi, mungkin tak adanya mental juara dan kondisi internal klub menjadi alasan. Ada juga Sassuolo yang turut memeriahkan papan atas di klasemen Serie A pekan ke-10 ini.

La Liga Spanyol memang milik duo raksasa Madrid dan Barcelona. Cedera yang kini sedang Messi menjadi berita menggembirakan untuk Madridista. Tanpa Messi Barca seperti bermain kurang ngegigit, meskipun ada si raja gigit Suarez. Yang seru adalah permainan Villareal dan Celta Vigo yang tak disangka-sangka bermain begitu menarik, dan bercokol di papan atas klasemen setelah menjalani 9 pertandingan pertama, mengalahkan Valencia dan Sevilla yang di musim lalu berada di posisi tersebut. Atletico Madrid masih menjadi kuda hitam yang patut diperhitungkan dengan Griezmann menjadi andalan di lini depan bersama Jackson Martinez.

Siapa lagi yang menjadi penguasa Bundesliga selain Bayern Munich. Torehan sempurna hingga ke pekan 10 menjadikan FC Bayern satu-satunya pemuncak klasemen yang meraih poin sempurna dalam 10 pekan awal di seluruh benua Eropa. Lewandowski menjadi penyumbang gol terbanyak bagi the Bavarian di awal musim ini. Tapi Lewandowski mendapat pesaing sempurna dari pemain yang menggantikan perannya di Dortmund, Aubameyang. Persaingan diantara keduanya menjadi cerita tersendiri Bundesliga musim ini.

Lumayan seru. Serie A kembali populer dan jadi perbincangan khalayak sepakbola dunia, setelah beberapa musim lalu pamornya meredup akibat banyak skandal dalam dunia persepakbolaannya. Polemik hak siar La Liga yang akhirnya menjadikan liga tersebut sulit disaksikan oleh para pendukung di belahan dunia lainnya. Ada pula tentang Liga Premier Inggris, dimana pemain dan pelatih lokal seakan-akan tak berdaya membendung imigran asing yang menguasai liga sepakbolanya.

Beberapa pelatih di liga-liga top eropa tersebut kehilangan kedudukannya di klub akibat performa buruk awal musim. Salah satunya yang paling sering dibicarakan adalah tentang Juergen Klopp yang menjadi pelatih the Reds, Liverpool. Sebuah kisah yang memancing penasaran publik sepakbola. Akankah Klopp mampu mengubah Liverpool menjadi Dortmund. Yang meski tanpa pemain bintang kelas atas, mampu bermain secara hebat, dan menjadi juara?

Setelah bursa transfer Januari, gue bakalan balik lagi dengan cerita dari dunia sepakbola eropa lainnya. Cukup segini aja ulasan sepakbola eropa kali ini. Salam olahraga.

~Tulisan ini ditulis sebelum tanggal 30 Oktober 2015~

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"