Sedikit Buruk Sangka

Hidup.

Dalam hidup harus menentukan pilihan.

Seperti 9 Desember 2015 lalu. Sebagai manusia yang terdaftar sebagai warga negara Republik Indonesia, Rabu 9 Desember kemarin menjadi hari menentukan pilihan. Memilih pemimpin di daerahnya. Tidak semua daerah melaksanakan pemilihan, terdapat 269 wilayah NKRI baik yang berupa provinsi, kota, maupun kabupaten yang melaksanakan pemilahan kepala derah secara langsung di akhir tahun 2015 ini. Sebuah sejarah bagi demokrasi Indonesia.

Dari 269 wilayah yang diharuskan melaksanakan pemilihan di Rabu kemarin, terdapat 5 daerah yang menunda pelaksanaan pemilihan kepala daerah dikarenakan berbagai hal, terutama menyangkut keabsahan calon. Membuat KPU di daerah tersebut kalang kabut menarik kembali segala peralatan dan kelengkapan pemilihan yang sudah dipersiapkan di tiap-tiap TPS. Merepotkan, tetapi begitulah demokrasi. Demi menampung aspirasi dan hak warga negara, KPU sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah harus sabar menunggu keputusan akhir tentang pelaksanaan pemilihan di lima derah tersebut.

Ada rasa bangga, sebagai WNI, menyaksikan sejarah yang sedang berlangsung di negeri ini. Namun, ada pula kecewa. Dalam proses pemilihan kepala daerah secara serentak ini, dipenuhi calon-calon kepala daerah yang kapasitasnya dipertanyakan. Mungkin saya hanya melihat dari kulit luarnya saja, tidak secara objektif menilai sosok calon pemimpin tersebut. Akan tetapi, bukan saya saja yang menilai demikian. Misalnya tentang banyaknya selebritis yang mencoba meraih peruntungan pada pemilukada kemarin. Sosok selebritis yang terjun ke panggung politik legislatif mungkin masih saya anggap wajar. Selebritis merupakan bagian dari keanekaragaman masyarakat negara kita. Merekapun layak mendapat perwakilan dari kaumnya guna menyampaikan aspirasi di tingkat legislatif.

Berbeda dengan di lingkungan eksekutif. Seorang pimpinan daerah, memimpin lembaga eksekutif yang bertanggungjawab terkait maju mundurnya suatu daerah melalui kebijakan yang dihasilkan. Sudah tentu membutuhkan sosok yang memahami kultur dan potensi daerah tersebut. Sosok tokoh masyarakat lokal yang menurut saya harus diproritaskan menjadi pemimpin di daerahnya masing-masing. Bukan selebritis yang dalam kesehariannya lebih sering masuk TV dibanding masuk ke gang-gang pemukiman di daerah pencalonannya. Namun, begitulah demokrasi berjalan. Semoga sosok selebritis yang menurut hasil quick count berbagai lembaga survei berhasil memenangkan pertarungan di daerah, mampu menyejahterakan daerahnya. Sekaligus menepis prasangka buruk saya.

Inilah hidup.

Terkadang tak adil bagi sebagian orang, sebagai bentuk pembelajaran yang diberikan Tuhan.

*OST: Silampukau - Doa 1*

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"