My Opinion About The Book: "Maya: Misteri Dunia dan Cinta"

Judul: Maya: Misteri Dunia dan Cinta
Terjemahan dari: ‘Maya’ terbitan Phoenix House, London, 2000
Penulis: Jostein Gaarder
Penerbit: Mizan (PT Mizan Pustaka)
Penerjemah: Winny Prasetyowati
Tahun terbit: 2008, Januari
Nilai (antara 1 sampai 9): 8
Cover:

Balik lagi di blog gue guys. Kali ini gue coba ngebahas salah satu karya Jostein Gaarder yang berjudul “Maya”. Sebuah novel yang lagi-lagi mengajak para pembaca untuk masuk ke dalam dunia khayal sang penulis yang sedikit njelimet. Jostein Gaarder tak mungkin mendapatkan inspirasi dari Sule yang nongol hampir tiap hari di layar kaya dalam memilih nama Maya menjadi judul novelnya. Setelah “Dunia Sophie” dan “Dunia Anna”, “Maya” menjadi novel ketiga Jostein Gaarder yang gue baca. Alur ceritanya memang khas Jostein banget. Menanamkan pertanyaan-pertanyaan filosofi tentang kehidupan, yang kali ini lebih menitik beratkan tentang cinta kasih antar manusia. Mirip dengan yang coba ditanamkan sang mayor kepada Sophie lewat surat-surat misteriusnya. Imajinasi kita dituntut untuk menjadi sekreatif mungkin guys.

Novel ini bercerita tentang sekumpulan orang yang sedang menjalani liburan di sebuah pulau yang digambarkan sangat indah. Seperti surga. Seorang peneliti asal Norwegia bernama Frank Andersen mencoba melakukan penelitian biologi sambil keliling dunia. Tujuan terakhir dari penelitian tersebut adalah di kepulauan Fiji, tepatnya di pulau Taveuni. Disana Frank ternyata bertemu dengan banyak sosok manusia baru yang berkarakter unik. Sementara tujuan lain Frank berkeliling dunia adalah untuk melupakan tragedi rumah tangga yang ia lewati sebelumnya. Ternyata sosok-sosok yang mulai dikenalnya di pulau tersebut membantu Frank menggali tentang arti hidup dan tentang rasa cintanya selama ini kepada Vera istri yang meninggalkannya.

Novel yang dewasa banget. Tapi tokoh pasangan muda Spanyol yang misterius bernama Jose dan Ana, menjadikan novel ini berbau misteri. Rahasia kehidupan pasangan tersebut yang ternyata berhubungan dengan sejarah budaya Spanyol. Kemudian konflik Frank dan Vera. Ada pula John Spooke yang merangkum segala peristiwa yang dialami Frank dalam hidupnya sejak berkenalan di Fiji. Semua hal yang ternyata saling berkaitan dan menjadi sebuah kisah yang menarik. Apalagi banyak pemikiran penulis tentang masa depan kehidupan manusia sengaja ditanamkan, agar seluruh manusia – khususnya yang membaca novel ini – untuk semakin peduli terkait masa depan dunia. Gegap gempita menjelang milenium baru menjadi background novel ini. Sesuai dengan waktu menulis mas Jostein saat itu.

Unik. Gue kira satu kata itu mewakili perasaan gue terkait novel ini. Kehadiran kurcaci misterius menjadi bumbu yang lumayan membingungkan sih. Akan tetapi yang namanya kisah fiksi memang menghadirkan sosok-sosok yang tak harus masuk akal. Masa depan dan masa lalu yang saling terhubung menjadi tema besar dalam novel, yang mengingatkan gue pada alur kisah Sophie dan Hilde dalam Dunia Sophie. Mungkin memang mas Jostein ini merasa lebih nyaman dalam mengutarakan visinya mengenai kehidupan lewat kisah fiksi seperti ini. Target pembaca novel ini mungkin dewasa. Karena pemikiran tentang hidup dan cinta dalam novel ini bakalan sulit dimengerti oleh usia di bawah 20 tahun.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"