My Opinion About The Book: "Aku Bukan Siti Nurbaya"
Judul: Aku Bukan Siti Nurbaya (Menjadi Muslimah Cerdas
dan Bijak Memilih)
Penulis: Ahmad Rifa’i Rifan
Penerbit: Mizania (PT Mizan Pustaka)
Tahun terbit: 2013, Mei
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,2
Ahmad Rifa’i Rifan
salah satu penulis kreatif yang rajin menelurkan karya tentang proses
metamorfosis generasi muda, agar menjadi manusia yang lebih baik. Ia memberikan
motivasi dari sudut pandang anak muda tentang cara menghadapi kehidupan masa
kini yang penuh godaan. Pengetahuan agama yang lumayan mendalam, menjadi bekal
motivasinya yang coba ditularkan kepada anak-anak muda Indonesia lainnya.
Khususnya yang beragama Islam. Akan tetapi, nilai-nilai Islam berlaku secara
universal, so boleh jadi bang Ahmad ini memotivasi tak hanya generasi muda
muslim saja. Seluruh generasi muda Indonesia tanpa pandang agamanya apa, bisa
kok dimotivasi lewat karya-karya Ahmad Rifa’i Rifan ini.
Kali ini bang Ahmad
menulis buku berjudul ‘Aku Bukan Siti Nurbaya'. Judul yang menarik rasa
penasaran gue untuk membacanya. Judul tersebut tentunya sangat berbau feminis,
dimana Siti Nurbaya adalah sosok legenda wanita, yang karena terikat adat istiadat,
tak dapat menentukan sikap dan pilihan dalam hidupnya sendiri. Sebuah tradisi
yang mengekang sosok perempuan sehingga tak bisa menentukan jalan hidupnya
sendiri. Emansipasi sudah barang tentu adalah harapan kaum perempuan saat ini.
Namun, bagaimana emansipasi dalam aturan agama Islam? Apa yang boleh dan
dilarang agama? Buku ini ternyata membahas itu semua. Meski dalam penerapannya,
sosok perempuan mesti lebih banyak membaca referensi lainnya, selain buku ini.
Agar dicapai pemahaman yang enggak setengah-setengah baik soal agama, maupun
soal emansipasi itu sendiri.
Bang Ahmad Rifa’i
Rifan mengarahkan buku ini untuk kaum perempuan Indonesia, khususnya generasi
muda perempuan kita. Emansipasi merupakan sebuah nilai perjuangan wanita
Indonesia saat ini. Kesetaraan antara lelaki dan perempuan di dalam segala hal
harus terjamin, karena hal tersebut merupakan hak setiap warga negara. Dalam
menuntut kesetaraan sudah barang tentu ada nilai keutamaan seorang perempuan
yang merupakan kekurangan kaum pria, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut
berupakan kodrat yang telah ditentukan Tuhan. Maka dari itu, seorang perempuan
yang berpikiran maju, jangan pula menafikan kodrat yang dibawanya yaitu menjadi
istri dan ibu. Perlu diingat bahwa pendidikan anak terbaik akan datang dari
ibunya sendiri. Maka mendidik seorang calon ibu, yaitu generasi muda perempuan
Indonesia, adalah merupakan investasi masa depan untuk mendidik sebuah bangsa.
Buku ini sangatlah
layak untuk dibaca perempuan-perempuan muda Indonesia. Penuturan bang Ahmad
dalam bukunya sangat mudah dimengerti, dan enggak ngebosenin. Enggak kayak
pacar cewek-cewek zaman sekarang yang kadang ngebosenin hehe. Pokoknya sangat
bermanfaat bagi para cewek gaul yang ingin menjadi wanita yang lebih baik lagi.
Semoga buku ini bisa memotivasi. Karena sudah saatnya perempuan Indonesia
menjadi faktor utama kemajuan bangsa. Enggak hanya dari karir dan pendidikan
pribadi seorang perempuan yang mentereng, tetapi juga dari kemampuan
naluriahnya dalam mendidik keluarganya kelak.
Comments
Post a Comment