My Opinion About The Book: "Gaduh"
Judul: Gaduh
Penulis: Boyke Pribadi
Penerbit: Gong Publishing
Tahun terbit: 2015, April
Nilai (antara 1 sampai 9): 8
Balik lagi dalam acara review
buku, bareng gue Fikri. Guys, baru kali ini gue coba ngebahas atau ngereview
buku hasil karya seseorang yang gue kenal. Buku berjudul “Gaduh” ini hasil
karya salah seorang akademisi di kampus gue, Universitas Negeri Sultan Ageng
Tirtayasa (Untirta), bapak Boyke Pribadi. Jujur aja gue enggak pernah diajar
sama dosen yang satu ini, tapi melalui akun fesbuknya, lumayan bisa gue kenal
pak Boyke ini, sebagai pribadi yang terbuka dan cukup jeli mengamati segala
fenomena yang terjadi baik di kampus, situasi politik lokal Banten, maupun
kondisi negeri secara umum. Banyak hasil pengamatan beliau yang akhirnya
dituangkan ke dalam tulisan, dan banyak pula tulisan beliau yang sudah
dipublikasikan di media massa. Beberapa pendapat yang dituliskannya menurut gue
menarik.
“Gaduh” merupakan buku yang
berisi kumpulan tulisan pendapat atau bisa dibilang esai, yang dibuat pak dosen
ini setelah mengamati fenomena yang terjadi di sekelilingnya. Khususnya
fenomena yang terjadi selama 2014 lalu, baik fenomena nasional, khususnya
fenomena lokal Banten, yang kebetulan menjadi provinsi yang terkenal setelah
penangkapan gubernurnya, yang dilakukan KPK di akhir tahun 2013, karena kasus
korupsi tentunya. Dalam buku ini pak Boyke coba mengomentari fenomena pemilu
2014, baik di pemilihan legislatif, maupun pemilihan presiden. Beliau coba
menggambarkan kegaduhan para caleg dalam mempersiapkan diri secara latah
sebelum pileg, juga tentang perseteruan pendukung calon presiden yang begitu
kencang di media sosial.
Untuk isu lokal Banten, selain
mengomentari terkait penangkapan ibu gubernur, pak Boyke menyoroti peran Rano
Karno yang ibarat duda ditinggalkan sendirian dalam menjalankan roda
pemerintahan provinsi Banten, yang terlihat gagap dalam memimpin, setelah
sebelumnya hanya menjadi pemain cadangan dalam sebuah pertandingan yang bernama
pemerintahan provinsi Banten. Meski kapabilitas si Doel dipertanyakan,
akademisi Untirta ini juga memberikan sedikit gambaran atau sinyal-sinyal yang
bisa dijadikan solusi demi lancarnya pemerintahan Rano Karno hingga 2017 nanti.
Semoga sumbangsih saran seorang akademisi bisa menjadi pertimbangan Pak
Gubernur. Secara keseluruhan buku ini menyoroti kegaduhan selama 2014 lalu.
Sangat menarik menurut gue untuk
membaca pemikiran tokoh lokal Banten, seperti salah satunya pak Boyke Pribadi
ini. Sedikit sekali akademisi yang mau berbicara menyatakan sikap dan
pandangannya tentang berbagai macam fenomena, terutama di bidang politik dan
ekonomi, yang kebetulan menjadi bidang yang mungkin dikuasai pak Boyke ini
lewat pengalaman pribadinya sebagai akademisi dan pengamat kehidupan.
Sayangnya, gue sendiri belum sempat melakukan tatap muka secara langsung dengan
beliau, untuk berdiskusi lebih banyak mengenai berbagai macam hal. Semoga di
kemudian hari gue diberi kesempatan untuk tatap muka dengan pak dosen agar
bisa mendapat lebih banyak pengetahuan, khususnya tentang Banten.
Harapan gue, mudah-mudahan lebih
banyak lagi tokoh Banten yang berani mendokumentasikan sudut pandang dan
pendapatnya ke dalam sebuah tulisan, agar kelak bisa menjadi warisan
intelektual yang bisa dimanfaatkan oleh generasi penerus, terutama demi
pembelajaran untuk generasi muda Banten agar di kemudian hari tidak salah
langkah. Gue sangat mengapresiasi hasil karya lokal, terutama terkait karya
tulis, baik fiksi atau non-fiksi, agar di masa depan nanti Banten tidak
kekurangan referensi. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya.
Comments
Post a Comment