My Opinion About The Book: "Banyak Jalan Menuju Tuhan"

Judul: @fileCaknur: Banyak Jalan Menuju Tuhan (Buku Kedua: D – I)
Penyusun: Budhy Munawar-Rachman, Elza Peldi Taher
Penerbit: Imania (Kerjasama dengan Penerbit PARAMADINA)
Tahun terbit: 2013, Juni
Nilai (antara 1 sampai 9): 8
Cover:

Balik lagi sama gue disini guys! Gue kali ini mau ngereview sebuah buku nih. Kebetulan kemaren gue ke toko buku, ada buku seharga 15 ribuan. Gue beli tiga deh, lumayan buat bacaan sebelum tidur. Nah,salah satunya buku ini: Banyak Jalan Menuju Tuhan. Buku ini disusun oleh mas Budhy dan mas Elza. Dua orang yang bersusah payah, mencari lalu mengolah berbagai perkataan yang diucapkan atau ditulis almarhum pak Nurcholish Madjid, atau yang biasa dikenal dengan panggilan Cak Nur. Pada saat hidupnya,beliau rajin menulis berbagai pemikiran yang moderat tentang kaitan antara agama Islam yang dianutnya, dan kemajuan pemikiran a la dunia barat. Banyak orang yang mengkategorikan Cak Nur sebagai salah satu pemikir yang diagungkan para aktivis Islam Liberal yang cenderung mengagungkan nilai sekulerisme, di mana agama hanya sebatas domain pribadi yang  tidak usah bercampur dengan  urusan duniawi. Urusan interaksi sosial antar manusia ya urusan manusia itu sendiri, tanpa ada campur tangan nilai religius di dalamnya. Serem enggak tuh?

Kutipan-kutipan di dalam buku ini merupakan rangkaian tulisan Cak Nur di dalam buku-bukunya di masa lalu. Kutipan-kutipan yang juga sekian banyak telah dirilis kepublik via akun twitter @fileCaknur yang digawangi oleh penyusun buku ini. Cuitan itulah yang akhirnya dibukukan. Sebetulnya buku ini terdiri dari empat jilid, dan disusun secara alfabet. Gue sendiri cuma nemu buku keduanya ini. Di dalamnya tercakup urutan kutipan Cak Nur yang diawali huruf D sampe huruf I. Sayang banget, karena gue jadi ngerasa enggak sempurna memahami pemikiran-pemikiran salah satu cendikiawan muslim Indonesia yang semasa hidupnya dihormati banyak pihak, karena terobosan pemikirannya. Buku-buku karyanya dan segala tulisannya, termasuk buku ini, kata penyusun buku ini sih tersedia di perpustakaan Universitas Paramadina, yang didirikan Cak Nur. Nanti deh,kalo sempet gue bakalan kesana buat menelusuri jejak-jejak pemikiran tokoh muslim yang satu ini. InsyaAllah.

Meski pemikirannya banyak mempengaruhi jalan pikiran para aktivis Islam Liberal yang lumayan dibenci publik karena ide-ide nyeleneh yang konyol dari mereka, tapi kalo menurut gue pemikiran almarhum Cak Nur itu sendiri bisa dibilang dalam taraf moderat. Cukup berhenti disitu aja. Meskipun beliau mengapresiasi gerakan sekuler, tapi menurutnya sekulerisasi itu merupakan sebuah proses ‘deagamisasi’ kepada sesuatu yang dulunya dianggap sakral dan bersifat religius. Misalnya pohon besar, berhala, patung, kuburan kuno, ideologi, perayaan keagamaan, dan yang lainnya, yang menurutnya justru menjadi berhala yang menghalangi hubungan interaksi antara manusia dengan Tuhan. Pelunturan kesakralan hal-hal tersebut lah yang dianggap beliau sebagai proses sekulerisasi. Meski hari besar, ideologi, dan yang sejenis, perlu ditelaah dan diapresiasi, jangan sampai manusia ‘menuhankan’ hal-hal tersebut.

Dalam buku ini pula tercantum pemikiran Cak Nur tentang demokrasi, juga ilmu pengetahuan. Menurutnya, demokrasi sebagai terbukanya kesempatan yang sama bagi siapapun untuk menyatakan argumen dan sikap politiknya, merupakan hal yang telah dikenal Islam sejak kelahirannya. Sistem demokrasi terwakili dengan budaya Islam, yakni musyawarah demi mencapai suatu mufakat, untuk memecahkan permasalahan sosial. Sedangkan terkait ilmu pengetahuan, menurutnya, Islam dalam sejarahnya jelas menjadi salah satu pelopor ilmu pengetahuan modern. Adanya perintah ‘iqra’ dan segala petunjuk lain mengenai alam semesta yang tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an, membuat umat muslim di masa lalu terpacu untuk mengadakan penelitian. Terbukti dengan lahirnya ilmuwan-ilmuwan muslim yang berperan besar dalam sejarah, dan semuanya diakui dunia. Penelitian di masa lalu itu berlandaskan gerakan untuk membuktikan keagungan Tuhan. Apabila sebuah ilmu pengetahuan, bila tidak mendekatkan manusia – yang mempelajarinya – kepada Tuhan, maka ilmu pengetahuan tersebut akan dirasa sia-sia. Disitulah ukuran mengenai mudharat dan manfaat menakar ilmu pengetahuan yang diselidiki manusia.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Pendidikan Kaum Tertindas"