My Opinion About The Book: "Brida"

Judul: Brida
Terjemahan dari: ‘Brida’ terbitan Sant Jordi Asociados, Barcelona, Spanyol, 2008
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Olivia Gerungan
Tahun terbit: 2013, Oktober (Cetakan ke-4)
Nilai (antara 1 sampai 9): 8
Cover:

Bletak bledug ces! Balik lagi guys di resensi buku blog gue. Kali ini gue pengin coba buat ngebahas salah satu buku pinjaman dari teman. Sebuah novel karya novelis populer dunia: om Paulo Coelho. Meski populer, ini adalah karya pertama om Paulo yang gue baca. Karya lain hasil ciptaan om Paulo mungkin akan membantu gue untuk memahami alur pikiran om Paulo, beserta gaya penulisannya. Kalau ada orang yang mau kasih pinjem karya om Paulo yang lain, gue lebih memilih dipinjemin buku versi berbahasa Inggrisnya. Judul buku ini Brida. Sesosok nama yang sekilas meningatkan kita pada sebuah kosa kata bahasa Inggris: bride, yang berarti pengantin perempuan. Yup, betul sekali. Brida disini merupakan tokoh utama novel, seorang gadis asal Irlandia yang mulai beranjak dewasa.

Brida seorang gadis rupawan, sedang mencari jati diri. Betekad untuk meninggalkan kelabilannya di masa abege, Brida melanjutkan kerja sambil kuliah di ibu kota Republik Irlandia, Dublin. Ia coba mandiri, tinggal jauh dari orang tuanya. Sejak lama ia merasa ada yang berbeda darinya dibandingkan dengan gadis remaja seusianya. Ia merasa memiliki bakat di bidang magis. Kemudian ide untuk belajar menjadi seorang penyihir pun muncul dalam benaknya. Entah penyihir apa yang dimaksud di sini, witch atau wizard. Itulah mengapa gue coba nyari versi bahasa Inggris. Karena konteks antara dua kata Inggris itu, meski sama-sama diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dalam satu kata: penyihir. Dua kata itu terbagi dalam terminologi baik atau buruk. Yasudahlah, pokoknya s Brida ini berniat untuk mempelajari sihir. Lalu ia mulai mencari siapa yang layak untuk menjadi gurunya. Bertemulah ia dengan seorang pertapa gunung yang tinggal terasing di hutan, yang dikenal dengan sebutan sang Magus. Pria tua itu ternyata menemukan sebuah pertanda lain dalam diri Brida, yang membuatnya merasa awkward bila harus mengajari sihir kepada gadis muda itu.

Pencarian Brida tak berhenti sampai disitu. Ia mencoba mempelajari buku sihir yang terdapat di salah satu toko buku. Namun sayang buku-buku itu amat mahal harganya untuk dibeli seorang gadis muda berpenghasilan pas-pasan. Sehingga untuk mempelajari sihir, ia harus sering mampir ketoko tersebut agar bisa mencuri baca buku yang dijual di sana. Karena menganggap hal itu melelahkan, maka setelah sering datang ke toko buku itu, ia memberanikan diri bertanya kepada pemilik toko buku, siapakah sosok yang laya menjadi gurunya. Sang penjual buku mengenalkannya pada Wicca. Melihat potensi Brida untuk menjadi murid sihir yang benar-benar berbakat, Wicca pun tertarik untuk menjadi gurunya. Namun, ada sesuatu yang Wicca ketahui tentang sang Magus yang terasing di hutan. Sebuah misteri yang membuat Brida penasaran. Berbagai latihan rumit kemudian ditempuh Brida, dan sempat membuatnya hampir menyerah. Ditambah lagi dengan kisah cinta Brida dengan seorang ahli fisika muda bernama Lorens, membuat pencarian jati diri Brida semakin kompleks.

Sejak dahulu kala, manusia memang tertarik dengan hal-hal magis dan misteri seperti ini. Maka dari itu enggak aneh kalo Harry  Potter bisa begitu populer. Dari Paranormal Activity sampe Conjuring, dari mbak Kunti sampe vampir Cullen dalam kisah Twilight, selalu laris ditonton. Maka dengan sangat wajar tema yang sama menginspirasi karya om Paulo, yang akhirnya berhasil menarik pembaca. Namun, usia enggak bisa menipu. Om Paulo menulis cerita ini dengan gaya novelis zaman baheula yang enggak straight to the point. Gue sih oke-oke aja sama hal itu. Cuman, mungkin hal itu yang akhirnya membuat novel ini bagus sebagai sebuah karya sastra, tetapi enggak banget kalo harus diadaptasi ke layar lebar. Mesti ada edit-edit berskala besar di beberapa titik. Mungkin om Paulo enggak mikirin sampe situ sih. Lagian penulis terkenal mah udah punya ciri khas masing-masing. Siapalah gue ngeritik nyampe segitunya. Hehe.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"