My Opinion About The Book: "Chairul Tanjung Si Anak Singkong"

Judul: Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Penulis: Tjahja Gunawan Diredja (Penyusun)
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tahun terbit: 2012, Juli
Nilai (antara 1 sampai 9): 7,8
Cover:

Hai guys balik lagi di blog gue. Sebenernya ini tulisan gue lama, tapi belum sempet gue posting di blog, baru sempet sekarang ini, dengan berbagai modifikasi tentunya agar kekinian. Jadi di masa-masa akhir gue sebagai mahasiswa, gue dapet buku ini terpajang di lemari tempat kost salah satu temen kuliah gue. Judulnya yang mirip judul lagu jadul bikin gue tertarik. Plus, nama salah satu pengusaha terkenal yang lagi naek daun dengan perusahaan televisinya: Chairul Tanjung, yang biasa dipanggil CT. Untuk menghilangkan rasa penasaran, gue tanpa ba bi bu lagi, langsung gue sikat. Gue baca seharian buku biografi itu nyampe tamat di kamar kost temen gue, karena dia enggak minjemin buku itu buat gue bawa pulang. Baiklah, kalo begitu. Gue sih ngerasa bakalan ada pengetahuan baru akan hal apapun ketika gue beres baca buku. Itu yang selama ini gue yakinin.

Chairul Tanjung, sebagai tokoh utama narasi serupa novel itu, menceritakan kehidupan keras yang dialaminya sejak kecil. Perjuangan hidup menantang ibu kota bersama keluarganya yang serba kekurangan menjadi latar keseharian Chairul. Namun ia tak sedikitpun merasa sedih dan marah dengan kondisinya. Justru kondisi ekonomi lemah itu membuat Chairul bertekad untuk mengubah nasibnya dan keluarganya. Banyak ide kreatif yang akhirnya membuat dia mendapatkan uang jajan di masa sekolah, dilihat banyak sosok sebagai potensi dirinya di dalam dunia bisnis. Sejak kecil Chairul mulai mendapat penghasilan melalui bisnis fotokopi buku pelajaran, diktat, dan yang lainnya. Beberapa teman sekolah, juga orang tua mereka, memandang Chairul berbakat untuk menjadi pengusaha, dari caranya mampu mengatur keuangan juga manajerial sebuah organisasi dengan baik. Itu terbukti dari beberapa kali ia dipercaya untuk menjadi ketua tim sebuah acara sekolah dan kemudian di kampusnya.

Bakatnya berdagang pun selaras dengan bakat intelektual yang dimiliki. Selain memiliki insting usaha yang moncer, Chairul juga tak ketinggalan di dalam bidang akademis. Ia diterima di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Salah satu jurusan prestise di salah satu universitas unggulan negeri ini. Geliat berbisnis Chairul semakin tak terbendung. Bekerja sama dengan seorang dosen yang bisa dibilang sebagai mentornya pula, Chairul berhasil memenuhi kebutuhan biaya kuliah, tanpa menggantungkan pada keterbatasan uang yang dimiliki orang tuanya. Cerita berlanjut pada dilemanya untuk memilih bergerak di bidang bisnis, atau membuka praktek kerja sesuai bidang perkuliahannya. Hasrat untuk memiliki usaha sendiri sehingga bisa membantu banyak orang agar memiliki pekerjaan, membuatnya memilih menjadi pengusaha. Akhirnya pilihan itu menjadikan Chairul seperti saat ini, sebagai salah satu pengusaha sukses yang bergerak di berbagai bidang. TransTV, Trans7, Transmart – Carrefour, bank Mega, hotel dan lain-lain menjadi wujud nyata Chairul Tanjung membuka peluang kerja bagi banyak orang. Bahkan karena kesuksesannya sebagai pengusahan, pak CT ini sempat jadi menteri di masa akhir pemerintahan Presiden SBY.

Buku ini bisa menjadi sejenis motivasi bagi anak muda kreatif yang masih bingung menentukan masa depannya. Kesulitan ekonomi yang menjerat keluarga, enggak bikin Chairul minder. CT berani untuk berbuat dan berusaha, dengan didasari keyakinan atas kemampuan diri, dorongan orang-orang di sekelilingnya, dan sudah pasti doa dari ibunda yang dicintainya. Kisah ini menjadi contoh nyata bahwa sebuah kesuksesan harus didasari dengan kerja keras. Segelintir tips usaha juga tersirat dan tersurat dalam buku ini. Pokoknya worthed banget guys untuk dibaca. Sayangnya sempat beredar permasalahan antara penyusun buku ini di media sosial. Seorang ghost writer merasa isi dari buku ini adalah tulisannya, hasil pengembangan dari riset tentang CT yang telah dilakukannya selama beberapa waktu. Memang, sang penyebar isu enggak mempermasalahkan nama siapa yang tertera sebagai penyusun buku ini, ia hanya ingin eksistensi dan peran sertanya diakui oleh sang penyusun. Sebetulnya sih gue sendiri kecewa atas adanya konflik pribadi itu, dan membuat gue bertanya-tanya akan validitas data yang dituangkan ke dalam buku ini. Namun, terlepas ada enggaknya konflik tersebut, tetep aja sih, buku ini layak dibaca sebatas untuk menjadi motivasi.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Pendidikan Kaum Tertindas"