My Opinion About The Book: "Dunia Cecilia"

Judul: Dunia Cecilia: Kisah Indah Dialog Surga Dan Bumi
Terjemahan dari: ‘Through A Glass, Darkly’ terbitan Phoenix House, London, 1996
Penulis: Jostein Gaarder
Penerbit: Mizan (PT Mizan Pustaka)
Penerjemah: Andityas Prabantoro
Tahun terbit: 2015, Desember (Edisi Kedua, Cetakan ke-3)
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,3
Cover:

Selamat datang di blog gue guys. Kali ini gue kembali lagi mengulas sebuah karya fiksi karangan om Jostein Gaarder nih. Novelnya kali ini berjudul “Dunia Cecilia” dengan embel-embel dialog surga dan bumi. Waduh, serem kali yah judulnya?! Judul itu yang bikin gue tertantang untuk membaca novel ini. Kalo enggak salah dulu karya om Jostein yang satu ini pernah rilis dengan judul berbeda: “Cecilia dan Malaikat Ariel”. Judulnya emang kurang ngegigit. Kita jadi dipaksa membayangkan sosok vokalis grup band terkenal tapi dengan kedua sayap dipunggungnya. Wajar aja jika di edisi barunya, pihak penerbit yang juga menerbitkan edisi lamanya, mengganti judul agar lebih menegaskan esensi dari karya om Jostein itu sendiri. Kalimat “Dialog surga dan bumi” ini pula yang membuat gue mengambil buku ini dari jajaran buku di rak toko buku langganan gue. Selain kekaguman gue akan om Jostein yang selalu muncul dengan karya-karya bertema filsafat tapi dikemas dengan lebih ramah buat pembaca awam kayak gue. Hehehe.

Tokoh utama novel ini adalah Cecilia Skotbu, seorang anak perempuan yang hidup di Norwegia. Menjelang natal, kebahagiaan terenggut darinya oleh sakit yang telah lama diderita. Cecilia harus tergolek lemah tak berdaya di atas tempat tidur kamarnya, ketika seluruh keluarga merayakan natal di lantai dasar rumahnya. Ia hanya menerka-nerka apa yang terjadi di bawah sana sambil memotivasi dirinya sendiri, agar segera sembuh dari sakitnya. Terkadang motivasi itu berubah menjadi gerutu kekesalan, tapi begitulah awal mula kisah fiksi ini berjalan. Seiring waktu, sesosok malaikat bernama Ariel hadir menemani Cecilia di kamarnya. Demi alasan menemani seseorang yang kesepian, Ariel coba berbagi cerita dengan Cecilia. Disinilah dialog antara surga dan bumi terwujud dan menjadi alur mayoritas dari novel. Ariel, malaikat suci dari surga, coba mencari tahu apa yang dirasakan oleh Cecilia sebagai manusia, yang katanya makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Tuhan. Cecilia sendiri mengajukan syarat jika Ariel ingin mengetahui bermacam informasi darinya. Cecilia ingin Ariel pun menceritakan bagaimana rasanya menjadi malaikat.

Percakapan Ariel dan Cecilia tergambarkan rasa skeptis Cecilia sebagai manusia tentang keberadaan alam gaib. Skeptisme yang muncul karena Cecilia menganggap Tuhan mempermainkan dirinya dengan sakitnya yang tak kunjung membaik. Akan tetapi, kemunculan Ariel membuat apa rasa skeptis itu perlahan terkikis dan menggiring Cecilia untuk berpikir bahwa apa yang terjadi dalam hidupnya adalah yang terbaik. Percakapan antara kedua makhluk ciptaan Tuhan ini perlahan tapi pasti membuat Cecilia menerima kondisi hidupnya yang sedang menderita. Memunculkan nilai-nilai kebijaksanaan pada diri gadis itu tentang bagaimana perjalanan hidup seorang makhluk yang berpegang pada kuasa-Nya. Ariel membimbing jiwa spiritual Cecilia, seperti malaikat memberi wahyu kepada nabi, dalam kisah agama. Akhir kisah ini lumayan ngagetin sih, cukup menarik lah buat dibaca.

Dalam keadaan sakit, emang katanya seseorang bisa saja berjumpa dengan sosok gaib. Kepercayaan itu hadir di setiap kebudayaan manusia di belahan dunia manapun. Hal inilah yang coba diangkat om Jostein di novelnya kali ini. Novel Cecilia ini juga mengangkat konsep malaikat penasaran, yang entah gimana awalnya bisa kepikiran sama om Jostein untuk dijadikan ide cerita. Emang karya om Jostein ini selalu menimbulkan kegelisahan kepada para pembaca saat selesai membaca sebuah karyanya, disamping pencerahan dan keyakinan akan diri juga sih. Latar belakang Norwegia sebagai sebuah kerajaan berlandaskan agama nasrani, menjadikan alur kisah ini bernapaskan nasrani pula. Akan tetapi, enggak mesti jadi seorang nasrani untuk memahami kisah Cecilia dan Ariel. Karena pada dasarnya novel ini menceritakan tentang pencarian spiritual manusia. Justru karena ini terjadi di negeri nun jauh di sana, berbagai pertanyaan tabu tentang agama, baik yang dilontarkan Ariel maupun Cecilia, menjadi terungkap dengan sendirinya. Enggak kebayang dong jika novel dengan tema yang sama tapi berlatar Islam, bisa-bisa dilarang terbit, karena norma dan etika dalam beragama negeri ini jelas berbeza. Hehehe.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"