My Opinion About The Book: "Kitab Lupa dan Gelak Tawa"

Judul: Kitab Lupa dan Gelak Tawa
Terjemahan dari: ‘The Book of Laughter and Forgetting’ terbitan Penguin Books, 1978
Penulis: Milan Kundera
Penerbit: Narasi
Penerjemah: Marfaizon Pangai
Tahun terbit: 2015
Nilai (antara 1 sampai 9): 8
Cover:

Selamat datang di blog gue, Guys! Balik lagi di mari nih ye, gue bakalan review salah satu buku yang udah gue baca. Kali ini sebuah novel karya Milan Kundera yang berjudul “Kitab Lupa dan Gelak Tawa”. Sebuah novel yang mendunia di akhir 70-an karena ditulis oleh om Milan yang diasingkan dari negerinya sendiri Cekoslovakia. Ia menulis tentang perasaan pribadinya – terkait tentang tanah airnya – yang terwakili dari perasaan beberapa tokoh dalam novel ini. Om Milan meninggalkan negerinya karena keselamatannya yang terancam, tak lama sejak Uni Soviet menginvasi Cekoslovakia di akhir dekade 60-an. Pada saat itu, perbedaan pandangan politik memang tidak diterima di dalam negara yang menerapkan sama rata sama rasa mulai dari dogma, pemikiran, hingga gaya hidup keseharian rakyatnya. Maka dari itu, seorang seniman seperti om Milan, yang bermain dengan kreatifitas ide di dalam hidupnya, tentu tidak tahan dengan apa yang terjadi di negaranya. Ia tak mampu bebas berkarya sesuai dengan apa yang ada dalam benaknya karena pembatasan yang diatur oleh pemerintah negaranya.

Novel ini bercerita tentang seorang tokoh utama wanita yang bernama Tamina, yang terpaksa meninggalkan Cekoslovakia – bernasib sama dengan om Milan itu sendiri – karena kemelut politik yang terjadi di negerinya. Ia terpaksa berpisah dengan kekasih sejatinya, yaitu suaminya sendiri, dan juga keluarga besarnya. Kehidupan Tamina yang menjadi pelayan sebuah kafe di sebuah negeri Eropa barat, dihiasi dengan kerinduan akan keluarga dan suaminya yang entah bagaimana nasibnya. Bertahun-tahun terpisah, ia mulai ragu akan keberadaan suami dan keluarga yang setia menunggunya. Maka dari itu, Tamina mulai membuka lembaran baru hidupnya. Ia mulai mengenal beberapa orang baru, terutama lawan jenis, untuk melampiaskan kerinduannya akan kehangatan hidup sepasang kekasih. Namun, begitu ia mulai dekat dengan seorang pria, ia dihantui oleh rasa bersalah. Ia merasa telah berkhianat kepada cinta sejati sang suami yang entah dimana adanya. Bagaimana akhir kisah Tamina, cari tahu sendiri deh guys. Hehehe.

Oh iya, di samping kisah Tamina, om Milan juga menceritakan tentang beberapa sahabat karib sesama seniman di Cekoslovakia. Ada sahabatnya yang tewas karena dianggap tidak mengikuti keinginan negara, ada pula sahabat yang menggadaikan idealismenya demi keselamatan diri dan keluarga. Begitu pula dengan tokoh politik di internal partai komunis itu sendiri, yang saling curiga dan beberpaa di antaranya dituduh berkhianat. Tak lupa om Milan juga menceritakan versi fiksi pelarian dirinya dari Cekoslovakia menuju ke Eropa barat, yang berakhir di Perancis. Beliau pun menggambarkan keadaan negerinya di bawah pemerintahan komunis yang menginduk ke Uni Soviet. Bagaimana kondisi sosial di bawah pemerintahan komunis, digambarkan om Milan dengan kelam. Om Milan melihat negaranya hidup seperti zombie, tak punya semangat untuk melanjutkan hidup. Rakyat Cekoslovakia yang dirundung kemurungan akibat tekanan pemerintah, membuat mereka lupa akan tawa. Selaras dengan judul novel ini sendiri. Atau mungkin seharusnya kita harus tertawa untuk melupakan? Butuh banyak kebahagiaan atau tawa yang hadir guna mengikis ingatan akan trauma suatu bangsa. Silahkan tafsirkan sendiri setelah membaca novel ini.

Sebuah novel yang menggambarkan tentang pengaruh ideologi politik terhadap perjalanan sebuah bangsa. Rakyat Cekoslovakia saat itu merasa tak lebih dari wilayah jajahan Uni Soviet semata. Negara adi daya yang sedang bertarung memperebutkan tahta dunia dengan Amerika Serikat. Setelah dirilis di tahun 1978, setahun berikutnya kewarganegaraan Cekoslovakia om Milan dicabut. Karyanya satu ini memang menunjukan sisi kelam dari sebuah negeri berideologi komunis, yang saat itu sudah barang tentu sedang bersaing menjadi ideologi tunggal dunia versus kapitalis-liberalis versi Amerika Serikat dan sekutunya. Novel seperti ini tentu mendapat apresiasi yang sangat baik dari dunia barat diluar negeri-negeri sosialis-komunis itu tadi, pun dianggap salah satu kemenangan kecil dunia barat dalam perang dingin yang sedang berlangsung. Sekelumit sejarah bisa gue dapet dari karya sastra ini. Sementara soal perjalanan sebuah ideologi, bahkan kondisi dunia pada saat itu, tentu berbeda dengan saat ini. Ini semua karena pergerakan manusia dengan ide-ide revolusionernya takkan berhenti selama masih ada kehidupan di muka bumi. Benar atau enggaknya sebuah ideologi relatif, tergantung karakter bangsa, kultur dan wilayah yang didiami bangsa tersebut, disamping faktor waktu kapan mewujudnya ideologi tersebut.

Gue sih sangat merekomendasikan bagi siapapun penikmat sejarah, penggila filsafat, dan pengagum sastra, yang ingin meratapi sejarah perkembangan ideologi dunia, untuk membaca novel ini. Romantisme Paris tentu menggugah ide om Milan untuk menulis karya bertemakan rindu seperti ini, meskipun kali ini konteksnya rindu kampung halaman. Seperti biasa, gue sendiri masih nyari versi bahasa Inggris atau original version dari novel om Milan ini. Karena penerjemahan sebuah karya, sesempurna apapun teknis gramatikalnya, akan mendistorsi pemaknaan karya itu sendiri. Emang sih, maksud om Milan cukup gue pahami di novel terjemahan yang udah gue baca. Namun, sebagai sebuah konfirmasi dan klarifikasi fakta, membaca karya versi ori tentu akan menegaskan maksud penulisnya itu sendiri. Sedikit komentar buat penerbit buku ini, mohon diperhatikan kualitas percetakannya. Pertama kali beli novel ini, ada beberapa halaman yang hilang, setelah gue tukerin, eh di novel yang sekarang gue punya, ada beberapa halaman yang terulang. Halamannya sih lengkap, enggak ada yang kurang, tapi kalo kita lagi baca buku terus halaman sembilan dan sepuluhnya muncul empat kali, gimana rasanya coba? Dan itu semua muncul di beberapa halaman berbeda. Novelnya jadi keliatan nambah tebel hehe.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"