My Opinion About The Book: "My Life as: Writer"
Judul: My Life as: Writer
Penulis: Haqi Achmad & Ribka Anastasia Setiawan
Penerbit: PlotPoint Publishing (Kelompok Penerbit Bentang
Pustaka)
Tahun terbit: 2013, Maret
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,4
Cover:
Assalamualaikum...balik
lagi nih guys bareng sama gue di review buku, salah satu tema blog gue yang
lumayan laris dibaca orang. Kali ini gue mau ngebahas buku berjudul “My Life
as: Writer” yang disusun oleh dua penulis muda mas Haqi dan mbak Ribka. Buku ini
gue dapet pas dateng ke acara pameran buku di salah satu gedung pemerintahan
provinsi Banten. Kenapa gue tertarik, yaaa pertama karena judulnya, dan
kemudian pas ditengok harganya cuma 20 ribuan aja. Kenapa gue akhirnya mutusin
beli buku ini, sudah jelas karena kata ‘writer’ yang nongol di judul buku. Bisa
dipastikan dengan judul yang demikian, maka isi buku tersebut sangatlah jelas
terbayang: beberapa penulis profesional yang coba membagikan pengalaman, dan
kasih bocoran berbagai tips menulis yang diterima publik. Hal yang sangat
penting buat gue yang juga masih perlu belajar how to be a good writer...
Secara garis besar
buku ini berisi pengalaman dari lima penulis handal Indonesia, yang karyanya
udah dikenal di kalangan pembaca. Kelima penulis itu adalah Alanda Kariza,
Clara Ng, Farida, Vabyo, dan Dee Lestari. Pasti dari kalian mengenal minimal
salah dua dari lima nama di atas guys. Nah, kelima penulis pro tersebut berbagi
pengalaman di dunia penulisan, mulai dari proses mereka mendapat ide, teknik
penulisan, ciri khas dalam karyanya mereka, dukungan dari keluarga dan orang
sekitar, sampai perbedaan yang muncul dalam kehidupan masing-masing penulis
sebelum dan setelah karya mereka banyak menginspirasi banyak orang. Gue banyak
ngambil pelajaran guys dari apa yang mereka ungkapkan di buku ini. Pengalaman
personal setiap orang memang berbeda, tapi pada garis besarnya, mereka berlima
berangkat untuk menulis berdasarkan kegelisahan diri masing-masing. Pada
akhirnya, para pembaca menangkap karya mereka tersebut justru sama-sama
memberikan menginspirasi.
“Tulislah apa yang
ingin kau tulis.” Begitu idiom yang sering didengar di kalangan penulis baik
pemula maupun yang udah pro. Tulislah apa yang kalian suka, dengan demikian kalian
akan menemukan bahan tulisan yang lebih banyak, dan secara otomatis kalian akan
menggemari dunia penulisan itu sendiri. Itu yang selama ini gue yakinin. Tapi
enggak sampai disitu aja guys, perbendaharaan kata, metode penulisan, diksi,
mempelajari EYD, itu adalah alat yang wajib kita pelajari agar membuat tulisan
kita bisa dipahami oleh banyak orang. Sehingga apa yang kita rasa, bisa orang
lain rasakan pula, dan akhirnya memberikan inspirasi. Maaf kalo tulisan gue
saat ini menggebu-gebu adanya. Karena apa yang gue tulis ini emang berdasar minat
besar gue dalam dunia penulisan. Buku ini sangat berguna buat orang-orang yang
mulai mencoba menulis panjang lebar seperti yang gue lakuin sekarang.
Pemikiran kita
hanya sebatas di dalam benak jika tak dituliskan. Ketika dituliskan dan
berujung di mata pembaca, pikiran itu akan menyebar dan ditangkap oleh
pikiran-pikiran lainnya. Lalu terdistorsi dan termodifikasi menjadi pemikiran
baru yang lebih sempurna lagi. Begitulah sebuah pemikiran akan menjadi abadi,
bukan dalam benak, tapi mengelilingi dunia lewat para pembacanya. Karena benak
itu berada dalam tubuh manusia yang usianya berbatas, maka ketika napas
berakhir pemikiran itu akan turut musnah ke alam kubur kalo enggak diungkapin
ke siapa pun juga. So, mulailah menulis jika ingin hidup dalam keabadian.

Comments
Post a Comment