My Opinion About The Book: "Rahvayana: Aku Lala Padamu"

Judul: Rahvayana: Aku Lala Padamu
Penulis: Sujiwo Tejo
Penerbit: Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tahun terbit: 2014, Juni (Cetakan ke-2)
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,4
Cover:

Balik lagi di blog gw guys! Cuaca hari ini cerah sangat, bikin gue semangat buat nulis review buku. Musim kemarau sudah mulai menyambut negeri ini, meski hujan masih turun di beberapa titik. Moga kalian sehat semua, di manapun kalian berada. Kali ini, buku karya mbah Sujiwo Tejo yang bakalan gue bahas secara setengah tuntas. Buku ini berjudul Rahvayana. Judul ini mungkin mengingatkan pada legenda Ramayana. Legenda yang mengkisahkan pasangan Rama dan Sinta yang kisah cintanya diganggu oleh Rahwana. Sosok pengganggu ini digambarkan sebagai raksasa jahat yang kekuatannya sukar ditaklukan siapapun. Nah, buku ini bisa dibilang versi alternatif dari legenda Ramayana itu sendiri. Perjalanan kisah cinta ini seakan ditulis dari sudut pandang Rahwana sebagai tokoh antagonis. Memang, di dunia serba melek informasi ini, batasan antara sisi protagonis dan antagonis menjadi pemahaman yang tak lagi saklek. Yang jahat bisa mengandung sisi baik,begitu pula sebaliknya. Mungkin itu yang coba diterangkan oleh karya mbah Tejo ini.

Buku ini diawali tentang kisah kelahiran Sinta, seorang gadis titisan dewi yang akhirnya berjodoh dengan Rama di kemudian hari. Kisah yang dimodifikasi di sana sini, sehingga terkesan nyeleneh. Kemudian alur cerita berlanjut kepada Rahwana yang merindukan Sinta. Sosok gadis yang entah pernah bertemu muka dengannya, atau semua hanya imajinasinya belaka. Namun, diri Rahwana sendiri meyakini dia pernah bertemu Sinta secara nyata. Dan kemudian mereka terpisah. Rahwana pun dirundung rindu, hingga akhirnya menulis banyak surat kepada Sinta. Surat yang berisi kehidupan Rahwana sehari-hari yang terus menerus menghabiskan waktunya untuk memuja dan merindukan Sinta. Bagai kasih tak berbalas, Sinta tak pernah membalas surat-suratnya. Hal yang membuat sang raja raksasa menjadi galau. Kegalauan Rahwana mendatangkan rasa iba tokoh-tokoh yang berada di sekelilingnya.

Seorang raksasa ganas, terlihat menjadi begitu rapuh hanya karena perasaan cinta. Sebagai sosok yang tak bisa mati, karena kesaktiannya, Rahwana mulai mengingat-ingat kisah kasihnya di waktu yang lampau. Penantian akan seorang pasangan hidup yang abadi, ternyata telah memakan waktu yang panjang dalam hidupnya. Saking lamanya hingga menelurkan kisah-kisah cinta lainnya. Kisah cinta yang tentunya berujung pada kegagalan. Kenangan pahit tentang cintanya yang selalu ditolak, baik karena stigma yang disandangnya, atau karena bentuk fisiknya yang tak biasa, dan masih banyak persepsi salah paham lainnya tentang sang raja raksasa. Namun, meski telah banyak kepedihan yang dirasakan, Rahwana yakin akan takdir dewata yang telah ditentukan untuknya. Suatu saat ia berharap dewa bisa memberinya pasangan sejati. Akhir yang seperti apa yang diterima Rahwana? Baca aja sendiri hehe.

Unik. Menarik. Kocak dan mengharukan. Kalo buat gue pribadi sih, buku ini memberikan informasi yang bertubi-tubi. Banyak sekali info tentang kisah-kisah cinta dunia pewayangan yang disampaikan dengan cara nyentrik oleh mbah Sujiwo Tejo. Juga banyak pengetahuan umum tentang dunia seni secara umum, yang diselipkan dalam karyanya ini. Ada pula sosok-sosok dari dunia filsafat yang dihadirkan dengan cara yang menggelitik. Latar tempat yang berpindah-pindah tanpa batas ruang dan waktu yang jelas membuat pembaca terpaksa membuka daya imajinasinya sekuat tenaga. Pemaparan semi-novel seperti ini memberikan pembaca pengalaman baru tentang bagaimana perasaan tokoh-tokoh dalam legenda wayang tersebut. Tentunya layak dibaca bagi siapapun anak muda negeri ini. Toh, meski kisahnya merupakan legenda impor dari dataran Hindustan, wayang itu sendiri merupakan budaya dalam negeri yang mulai ditinggalkan oleh generasi muda saat ini. Mbah Sujiwo Tejo memberikan gambaran wayang dengan versi absurd tapi berbobot. Kapasitasnya sebagai dalang, bahkan budayawan yang sudah populer, membuat cara pandang dan pola pikir yang tergambar dalam buku tulisannya ini, mampu diterima secara baik oleh penikmat buku pop.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"