My Opinion About The Book: "Negara Dan Bandit Demokrasi"
Judul: Negara Dan Bandit Demokrasi
Penulis: I. Wibowo
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tahun terbit: 2011, Februari
Nilai (antara 1 sampai 9): 7,9
Cover:
Kembali lagi dalam
blog yang sepertinya jarang dikunjungi ini. Yah, namanya juga blog yang enggak seberapa.
Lagian, siapa sih gue, sampe orang banyak mau mampir buat baca-baca disini?! Ah, sudahlah...
Sekarang gue bakalan coba buat review buku pinjeman terakhir yang gue punya.
Hehehe. Buku berisi artikel-artikel opini yang pernah terbit di koran Kompas
periode sepuluh tahun awal milenium baru. Sang penulis adalah almarhum Romo
Ignatius Wibowo SJ (1952-2010) seorang pakar ke-tiongkok-an yang benar-benar
mendalami tentang budaya, hingga perpolitikan RRC, juga menyoroti kehidupan
sosial etnis tionghoa yang hadir di negeri ini, selain juga tentang proses
demokratisasi Indonesia pasca reformasi. Buku berjudul “Negara Dan Bandit
Demokrasi” ini diterbitkan oleh Kompas, atas permintaan beliau sebelum wafat.
Sebuah permintaan yang menurut gue amat visioner, dilihat dari sorotan publik
akan etnis yang satu ini, yang semakin meningkat akibat dari investasinya di
negeri kita yang membengkak, tak lupa pula imbas dari pemilukada DKI yang
dicederai oleh ucapan sang petahana.
Dalam kumpulan artikelnya, secara garis besar Opa Wibowo
menitikberatkan pengamatannya pada proses demokrasi yang terjadi di negeri ini,
dan membandingkannya dengan RRC sebagai salah satu negeri dari asia yang sedang
bergerak menuju adidaya terutama di bidang ekonomi, dengan tanpa mengagungkan
demokrasi dalam sistem negaranya. Salah satu artikel yang menarik di dalam buku
ini mempertanyakan tentang layak atau tidaknya sistem demokrasi diterapkan di
Indonesia. Opa Wibowo melihat pasca reformasi, negeri ini perlahan mengalami
perpecahan, yang ditandai dengan konflik antarsuku-antaragama yang terjadi di
beberapa wilayah di Indonesia. Seakan-akan punahnya negeri ini hanya tinggal
tunggu waktu saja. Sebuah artikel yang akhirnya mendapat bantahan dari beberapa
pihak. Artikel-artikel sanggahan tersebut pula turut ditampilkan dalam buku
ini, agar pembaca bisa memahami konteks pembahasan secara menyeluruh. Opa
Wibowo menutup perdebatan tersebut dengan sebuah artikel yang tetep keukeuh bersikap:
mempertanyakan demokratisasi yang sedang terjadi di Indonesia. Beliau
menggarisbawahi reformasi yang tidak selesai. Dimana sempalan orde baru masih
berperan dalam proses demokratisasi pasca 1998, tanpa menanggung konsekuensi
tindakan negatif yang pernah dilakukannya di masa lalu. Hal ini membuat beliau
pesimis akan tercapainya Indonesia sejahtera dalam waktu cepat.
Ada pula artikel yang menuturkan tentang perlakuan orde baru
terhadap etnis tionghoa di negeri ini. Menganggap reformasi merupakan sebuah
titik balik dari perlakuan tersebut. Meski titik balik tersebut masih menyisakan
trauma yang mendalam akan tindak kekerasan yang mendera, tetapi sejak saat itu,
etnis tionghoa berhasil menunjukan eksistensinya, dan turut berperan dalam
perjalanan bangsa mengarungi proses demokrasi pasca reformasi. Hal itu, menurut
beliau merupakan sebuah kemajuan. Ada pula artikel mengenai RRC yang sedang berkembang
pesat secara ekonomi, diprediksi berangsur-angsur menjadi kiblat ekonomi global
baru dari belahan timur dunia. Sebuah realitas yang terjadi pasca meninggalnya
beliau.
Buku yang menarik. Sebuah buku yang tak begitu tebal, namun
menggambarkan proses berpikir kaum intelektual di awal reformasi hingga
beberapa tahun setelahnya. Buku yang menurut gue, bisa menjadi acuan bagi
pemuda harapan bangsa, generasi penerus kayak gue. Memberikan gambaran
dialektika yang hadir di era milenium baru. Penerbit Kompas telah mengumpulkan
beberapa artikel Opa Wibowo, dan menghadirkannya sebagai warisan ide yang bisa
ditelaah lebih lanjut oleh generasi muda. Sekian dulu ah reviewnya, semoga
bermanfaat.
Comments
Post a Comment