My Opinion About The Book: "Negeri Senja"

Judul: Negeri Senja
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun terbit: 2015, September (Cetakan Kedua)
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,0
Cover:

Welcome to my blog guys... Kali ini gue mau coba cerita pengalaman gue membaca sebuah novel karya penulis senior negeri ini: Seno Gumira Ajidarma. Karya Om SGA yang bakal gue review adalah novel berjudul “Negeri Senja”. Sebuah novel terbitan 2003 lalu, yang dicetak ulang pada tahun 2015. Gue sendiri baca yang versi 2015. Entah ada perbedaan atau enggak dari kedua rilisan tersebut, tapi kayaknya sih sama. Semoga aja. Oh iya, novel ini merupakan salah satu dari banyak buku yang berhasil gue pinjem dari temen. Dalam proses peminjaman itu sendiri, gue membebaskan temen gue itu buat minjemin buku miliknya, tanpa gue minta spesifik buku apa. Ibaratnya... gue dapet rekomendasi gitu lah. Untuk om SGA sendiri, sebenernya gue sempet nanya, apa dia punya karya om SGA yang judulnya apa aja?! Dan kebetulan ada. Alhamdulillah.

Novel ini bercerita tentang seorang pengembara yang entah siapa namanya, mungkin gue yang kelewat merhatiin, tapi perasaan di sepanjang cerita si tokoh utama ini emang enggak nyebutin nama sama sekali. CMIIW. Sang pengembara ini pada suatu ketika tiba di sebuah negeri di tengah gurun pasir yang dikenal dengan nama: ‘negeri senja’. Nama tersebut disematkan karena keadaan negeri yang terus menerus dinaungi oleh cahaya senja yang tak berkesudahan. Matahari seolah enggan terbenam membuat waktu seakan berhenti di negeri senja. Dalam waktu singkat, sang pengembara yang awalnya kagum dengan sorot matahari jingga yang syahdu, yang menurutnya memancarkan keindahan tanpa tanding namun seolah menyembunyikan misteri itu, mulai mencium keadaan negeri yang sepertinya sedikit tidak beres. Sang pengembara menyaksikan pencarian rakyat negeri senja Penunggang Kuda dari Selatan yang bisa menyelamatkan negeri, lalu menjadi saksi peristiwa pembunuhan yang keji, kemudian mengetahui tentang rencana pembunuhan penguasa negeri senja yang sangat ditakuti tapi ternyata buta, dan juga menjadi saksi sejarah pemberontakan yang direncanakan oleh seseorang bernama Rajawali Muda. Semua itu menjadikannya bertahan di negeri penuh misteri tersebut. Apa yang terjadi berikutnya? Monggo dibaca guys novelnya.

Seperti keterangan yang tertulis di novel ini, “Negeri Senja” merupakan novel yang berasal dari rangkuman cerita bersambung yang pernah dimuat di salah satu media cetak ternama. Menurut gue sih, novel ini seolah berada terapung antara batas sebuah novel roman, dan sebuah kisah negeri dongeng kolosal. Jika gue bilang ini roman, tapi sang pengembara sebagai tokoh utama tidak terlibat dalam konflik cinta sama sekali. Meski ada catatan di sana sini di dalam novel yang menceritakan tentang kegalauannya untuk memilih salah satu dari dua cinta yang pernah hinggap dalam hidupnya. Namun, hingga halaman terakhir, kedua wanita yang menjadi pujaan tokoh utama itu enggak diceritain. Gue akhirnya menganggap keputusannya mengembara adalah hasil dari ketidakmampuan sang tokoh utama mengambil keputusan. Bisa dibilang lari dari masalah dan lupa jalan pulang, karena asyik menikmati pengembaraannya. Sementara, akibat dari catatan di sana sini itulah, gue sendiri enggak bisa menganggap ini sebagai novel kolosal semata. Akan tetapi, cerita tentang pergolakan politik di sebuah negeri menjadi benang merah novel ini.

Entah kenapa, ketika melihat judul novel ini, gue langsung membayangkan Maroko, Tunisia, Aljazair, Libya, Mesir, barisan negeri di wilayah Afrika bagian utara, yang juga dikenal sebagai wilayah maghribi, kawasan kekuasaan Islam di era kekhalifahan. Dan sepertinya dugaan gue bener. Salah satu wilayah maghribi memang menginspirasi om SGA menulis kisah ini. Selain itu, alur pembunuhan yang menggambarkan kekejaman penguasa, pembungkaman terhadap pemikiran kritis, taktik penyusupan intelejen di banyak golongan yang hidup di negeri senja, juga rencana pemberontakan, seolah mengingatkan gue pada kisah-kisah yang pernah terjadi di negara tempat lahir gue sendiri. Om SGA pun menggambarkan tentang situasi akhir sebuah negara apabila terjadi perang saudara antara penguasa dengan rakyat yang memberontak. Ajaibnya, semua itu seolah menjadi nyata apabila dikaitkan dengan apa yang terjadi di Suriah dan Irak saat ini. Hikmah yang bisa gue ambil adalah: himbauan kepada penguasa untuk tidak bertindak semena-mena kepada rakyat. Suatu penindasan dalam jangka waktu panjang akan memunculkan perlawanan.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"