My Opinion About The Book: "Putri Sirkus Dan Lelaki Penjual Dongeng"

Judul: Putri Sirkus Dan Lelaki Penjual Dongeng
Terjemahan dari: ‘The Ringmaster’s Daughter’ terbitan H. Aschehoug & Co., Oslo, 2001
Penulis: Jostein Gaarder
Penerbit: Mizan (PT Mizan Pustaka)
Penerjemah: A. Rahartati Bambang
Tahun terbit: 2016, Maret (Edisi Kedua, Cetakan ke-3)
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,6
Cover:

Hai guys! Balik lagi di blog gue yang enggak seberapa ini. Setelah sekian lama enggak maen-maen ke toko buku langganan, gue coba dateng kesana dan menemukan kabar duka: toko buku langganan gue tutup. Kepanikan melanda, bingung enggak tau mesti kemana ngabuburit di bulan puasa yang bakalan datang sebentar lagi. Gue pun langsung berkeliling kota demi nyari toko buku lain yang sekiranya bisa menjadi tujuan, arah dikala gue tersesat. Hehe. Ternyata eh ternyata, ada toko buku baru yang kira-kira usianya baru tiga bulanan, hadir memadati ibu kota provinsi. Syukur bercampur haru karena di toko buku ini terdapat beberapa buku inceran yang mudah-mudahan bisa gue beli dalam waktu dekat. Nah, berhubung gue belum punya budget buat beli buku baru, untuk saat ini, gue bakalan ngereview novel pinjeman lagi aja, demi memuaskan pembaca. Alah, siapa pula yang baca?! Lanjut! Novel pinjeman ini kebetulan karya om Josten Gaarder, salah satu penulis favorit gue, yang berjudul: “Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng”.

Kisah bermula tentang seorang pria yang digambarkan sedang melarikan diri dari sesuatu. Dalam kegelisahannya, dirinya mulai bercerita tentang hidupnya. Pria bernama Petter itu kemudian mengawali kisahnya mulai dari masa kecilnya. Sejak kecil, dirinya gemar bercerita. Hal itu ditunjang dengan kemampuan imajinasi Petter kecil yang seakan tak terbatas. Sang Ibu, yang telah berpisah dengan ayahnya, menjadi pendengar setianya. Daya imajinasi yang luar biasa membuat Petter akhirnya mampu menciptakan sesosok pria bertinggi semeter yang mengikutinya kemana saja. Meski introvert, Petter berkembang jadi anak yang cerdas. Kecerdasannya lalu ia gunakan untuk membantu tugas-tugas teman sekolahnya. Lambat laun Petter tumbuh menjadi dewasa. Kisah-kisah yang berasal dari khayalannya pun perlahan mendatangkan keuntungan pribadi. Petter dewasa menjual beberapa khayalannya demi menyambung hidup, setelah ibunya meninggal. Banyak penulis yang di beri ilham olehnya. Hingga akhirnya bertemu gadis bernama Maria. Petter jatuh cinta. Kisah-kisah khayalannya seakan berbalik menyerang dirinya sendiri. Bagaimana kisah Petter selengkapnya? Monggo dibaca sendiri novelnya guys.

Om Jostein lagi-lagi mampu membuat sebuah novel yang menurut gue luar biasa. Dalam satu buku ini kita dapat menikmati beragam kisah fiksi lainnya yang dipaparkan oleh Petter, si lelaki penjual dongeng. Seakan novel ini terdiri dari lembaran cerpen yang dipadatkan ke dalam sebuah kisah. Namun, dari beragamnya kisah yang ada, tak mengurangi tema dari novel secara utuh, bahkan saling melengkapi. Intinya sih, kalo menurut gue yah, om Jostein mengungkapkan pandangan kritisnya terhadap dunia penulisan, lewat sudut pandang Petter. Beberapa sindiran mengenai kemerosotan moral, plagiarisme yang melukai dunia penulisan, fenomena ghost writer, juga perkembangan dunia buku secara luas, sedikit demi sedikit tercetus di dalam novel ini. Selain itu, tersirat pula bahwa novel ini sejatinya merupakan dorongan om Jostein kepada para penulis lainnya, untuk terus berkarya. Hal ini tiba-tiba nongol di benak gue gitu aja sih, tidak tersurat dalam novel itu sendiri. Akan tetapi, cara om Jostein menggambarkan kemampuan Petter dalam merangkai sebuah kisah fiksi, seakan memantik pikiran gue agar berusaha lebih keras lagi dalam mengolah ide dan pikiran gue supaya mampu dituangkan menjadi sebuah karya tulis yang berkualitas.

Jujur, ada beberapa kelumit kisah Petter yang seakan mewakili apa yang pernah gue alami. Entah bagaimana, ada momen-momen yang dituliskan dalam novel yang benar-benar mengena buat gue. Ini novel pertama yang menurut gue amat personal. Ada beberapa baris kalimat yang membuat gue berkaca-kaca, kembali mengingat hal besar yang juga gue alami di masa kecil dulu, dan itu sangat kuat membekas di memori, dan itu pahit. Rahasia masa kecil Petter yang coba dipendamnya begitu dalam sehingga membuatnya menjadi pribadi yang introvert seolah menjadi cerminan diri gue pribadi. Aseli gue aja bingung kenapa novel begini bisa bikin baper. Haha. Yang jelas, karyanya om Jostein mah enggak ada yang enggak berkualitas deh. Setidaknya beberapa karya yang udah pernah gue baca yah. So, enjoy this book. Salam olahrasa!

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"