My Opinion About The Book: "Cosmopolite"


Judul: Cosmopolite
Penulis: Anto Giri
Penerbit: C | publishing
Tahun terbit: 2006, Februari
Nilai (antara 1 sampai 9): 5,5
Cover:

Kembali bersama gw: Fikri Afriansyina, dalam acara mengupas isi buku alias review. Kali ini, di pagi yang gundah gulana ini, gw coba membahas sebuah novel dari penulis lokal mas Anto Giri yang berjudul “Cosmopolite”. Buku bertema persahabatan ini terbitan 2006 silam, yang gw baca tahun 2010 pas KKM. Nah, sejarah ini buku juga unik dan sedikit mengerikan. Jujur aja, ini novel gw baca di ruang tengah rumah yang gw sewa pas gw KKM dulu, di sebuah desa di wilayah kabupaten Lebak. Berhubung waktu itu bacanya belum beres, dan enggak ada yang mengaku sebagai pemilik novel ukuran cimit ini, maka novel ini gw bawa pulang.

Hingga tulisan ini dirilis, gw sendiri enggak tau novel ini punya siapa. Meskipun, ada nama seseorang yang tercantum pada halaman pertama novel ini, ditulis dengan tinta biru yang lucu. Akan tetapi, sepengetahuan gw, dan hasil penyelidikan di tempat KKM dulu, enggak ada satu pun yang tau siapa sosok dengan nama tersebut. Baik temen satu kelompok, maupun warga desa, tak ada yang memiliki nama tersebut. Serem gak tuh? Masa itu buku tiba-tiba nongol? (Saat gw ngeliat pertama kali pun itu buku tergeletak terpisah dari tumpukan buku bacaan lain yang ada di tengah rumah). Sekian sejarahnya. Sekarang kita coba bahas isi dari novel ini.

Aditya, Ajiva, dan Ranti adalah tiga sahabat yang saling mendukung, saling membutuhkan, dan saling membela. Status Ranti yang pernah menjadi kekasih Aditya, tak membuat Ajiva merasa dirinya sebagai ondel-ondel yang kerjaannya ngehibur temen yang lagi pacaran semata. Mereka berteman secara fair dan terbuka. Ada salah langsung tegur, ada yang lucu ketawain bareng, ada yang janggal langsung cengin, pokoknya serupa persahabatan di dunia nyata gitu deh. Ketiganya senang menghabiskan waktu di rumah Aditya, yang kebetulan memiliki sepasang orang tua sok gaul, yang memang asik diajak ngobrol. Apalagi ibunya Aditya jago masak. Beuh, dua sahabatnya itu makin demen deh maen ke rumahnya.

Kemudian Ajiva mengenalkan sosok Rendra kepada Aditya, dan Rendra pun masuk menjadi sahabat baru dalam lingkaran pertemanan Aditya. Apalagi saat Ranti memutuskan pergi ke Jepang dengan alasan pekerjaan, Rendra menjadi teman berbagi keluh kesah Aditya, karena dirinya sebetulnya masih memendam rasa kepada Ranti. Aditya tak bisa curhat kepada Ajiva, soalnya yang ada dalam pikiran Ajiva cuma makan dan makan saja. Apalagi kalo makanan itu gratis. Masuk ke tengah novel, mulailah muncul peristiwa-peristiwa yang menguji persahabatan mereka, hingga satu per satu rantai pertemanan itu pun terpaksa putus. Apakah Aditya mampu bersatu kembali dengan Ajiva, Ranti, dan Rendra? Bagaimana hubungan Aditya dan Ranti? Monggo dibaca saja novelnya walopun buku ini not recommended menurut gw.

Penerbit yang merilis novel “Cosmopolite” ini merupakan imprint dari penerbit Bentang. Namun, kualitas terbitannya bila dibandingkan dengan terbitan Bentang, sangat jauh berbeda. Sebagai novel pertama, karya mas Anto Giri ini menuliskan hal-hal yang bikin gw enggak nyaman bacanya. Plothole, kesalahan penulisan, hingga pemilihan diksi pun gw rasa menyebalkan. Membuat gw agak geli bacanya, meski penasaran akhir ceritanya. Ada beberapa nasihat bijak yang disisipkan walau terkesan klise dan agak maksa, tapi hal itu masih gw terima.

Hal yang bener-bener bikin gw il-feel adalah adanya percakapan yang “gay-detected” gitu. Sumpah, ada beberapa dialog antara tokoh-tokoh lelaki dalam novel ini yang mencerminkan perilaku homoseksual secara kentara. Mungkin di tahun 2006, pertemanan antar-pria memang sebegitu akrabnya. Namun, gw sendiri mengalami era 2006, dan seinget diri gw pribadi, gw enggak se”homo” itu. Atau mungkin novel ini ditujukan untuk pembaca wanita yang lebih senang adegan-adegan mendayu-dayu begitu?! Maka wajar saja, bila akhirnya gw pun enggak nemu lagi karya-karya berikutnya dari penulis yang sama. Mungkin beliau lebih cocok kerja di air atau yang semacamnya. Atau bisa jadi, beliau ganti nama pena, demi memperbaiki citra yang kadung kurang baik akibat dari novel ini? Entahlah.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"