My Opinion About The Book: "The Magic Library - Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken"


Judul: The Magic Library – Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken
Terjemahan dari: ‘Bibbi Bokkens Magische Bibliothek’, terbitan H. Aschehoug & Co., 1999
Penulis: Jostein Gaarder dan Klaus Hagerup
Penerbit: Mizan (PT Mizan Pustaka)
Penerjemah: Ridwana Saleh
Tahun terbit: 2017, Oktober (Cetakan VIII)
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,1
Cover:
Entah kenapa, akhir-akhir ini gue dipertemukan dengan buku-buku, baik fiksi maupun non-fiksi, yang bertema perpustakaan. Apakah ini cinta, eh, pertanda kalo gue mesti buka perpustakaan? We’ll see. Gue enggak tau ke depannya gimana, biar Tuhan yang menunjukkan jalan. Hehe. Oh iya, sekarang gue bakalan coba bikin review tentang novel karya salah satu penulis favorit gue nih, Pak Jostein Gaarder. Kali ini beliau berkolaborasi dengan Klaus Hagerup menulis sebuah karya fiksi berjudul “The Magic Library” dengan keterangan subjudul: Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken. Sebetulnya, penerbit Mizan sempat merilis buku ini dengan judul “Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken” doang, tapi kayaknya judul itu enggak bawa hoki. Jadi di cetakan delapan ini, sang penerbit mengganti judulnya dengan bahasa Inggris. Biar lebih laku, apa lagi ada kata ‘magic’-nya gitu.

Nils dan Berit adalah saudara sepupu yang tinggal berjauhan. Keduanya saling berkirim kabar lewat surat. Bukan hanya surat-suratan biasa, mereka berdua memutuskan memilih berkirim surat dalam satu buku surat yang dikirim bolak-balik di antara keduanya. Hal aneh pertama muncul kala sang pemuda, Nils, membeli buku surat, kemudian sesosok wanita tua memaksa untuk membayari buku surat itu, dan menganggap Nils akan membantunya melakukan sesuatu, meski hal itu hanya tersirat dari mimik senang wanita tua itu. Kemudian sepupu perempuan Nils, Berit, juga terlibat hal aneh serupa dengan sosok wanita tua misterius yang sama. Setelah keduanya mengadakan penyelidikan lebih lanjut, diketahui bahwa wanita itu bernama Bibbi Bokken, dan memiliki maksud terselubung terhadap Nils dan Berit. Gimana kelanjutannya? Baca aja deh sendiri.

Kolaborasi antara mang Jostein dan om Klaus ini terbilang unik. Keduanya benar-benar menuliskan novel ini dari dua tempat berbeda. Bisa dibilang, dua penulis populer Norwegia itu benar-benar mempraktekan apa yang dilakukan Nils dan Berit, saling berkirim buku surat berisi naskah novel “The Magic Library” ini. Gue pribadi pun menebak-nebak, kira-kira siapa yang jadi Nils, siapa yang jadi Berit? Kayaknya sih om Jostein lebih cocok memerankan Nils, karena sosok remaja lelaki itu betul-betul memiliki imajinasi tinggi dan sedikit berbakat jadi detektif, enggak jauh beda sama karakter rekaan om Jostein di karya lainnya. Eh, tapi bisa aja om Klaus, kan gue sendiri sama sekali belum pernah baca karya blio sebelum novel ini. Ah, tebak-tebakan buah manggis. Gue pun belum coba menelusuri siapa yang jadi siapa di dunia maya. Biarkan saja.

Sepertinya, menurut perkiraan gue doang inimah, enggak usah terlalu dipercaya, novel ini memang ditulis untuk memperingati Hari Buku Norwegia, yang disinggung di dalam novel ini sendiri. Dengan banyaknya istilah-istilah literasi, seperti bibliotik, bibliograf, inkunabula, dan lain-lain, sepertinya novel ini ditulis untuk meningkatkan minat baca, juga demi meningkatkan ketertarikan publik Norwegia terhadap dunia buku. Gue pun ngebayangin kalo emang pas awal mula perilisannya di Norwegia sonoh, novel ini dibagi-bagikan secara gratis di sekolah-sekolah dasar hingga menengah, demi menarik minat generasi penerus supaya terpicu untuk melanjutkan budaya literasi yang memang sudah berkembang pesat, bahkan maju, di dataran Skandinavia sonoh. Tau sendiri kan, kalo pendidikan dan dunia literasi negara-negara Skandinavia, seperti Finlandia, Swedia, Denmark, juga Norwegia, semaju apa?

Gue sendiri bersyukur bisa ketemu sama novel ini. Di dalamnya dijelaskan sekelumit tentang dunia buku, dan hal-hal mengenai perpustakaan, yang emang gue pribadi pengin tau tentang hal itu. Apalagi sebelumnya gue abis baca novel tentang dunia perbukuan juga, “Rumah Kertas”-nya Carlos Maria Dominguez, walaupun enggak spesifik mengupas tentang perpustakaan, novel penulis asal Amerika Selatan itu menggambarkan tentang fanatisme seorang pecinta buku yang memiliki kecenderungan nyaris gila karena buku. Dua novel ini, gue anggep sebagai himbauan kepada seorang penggemar buku bacaan kayak gue, yang datang ngingetin gue secara beruntun. Entah hikmah apa yang kelak bisa gue dapet. Soalnya, sampe sekarang, gue ngerasa diri gue pribadi belum tersentuh hidayah perbukuan.

Comments

Popular posts from this blog

My Opinion About The Book: "Mata Malam"

My Opinion About The Book: "The Blackside: Konspirasi Dua Sisi"

My Opinion About The Book: "Gadis Pemberontak"