My Opinion About The Book: "Rumah Kertas"
Judul: Rumah Kertas
Terjemahan dari: ‘La Casa De Papel’ terbitan Ediciones De La Banda
Oriental, Montevideo – Uruguay, 2002
Penulis: Carlos Maria Dominguez
Penerbit: Marjin Kiri
Penerjemah: Ronny Agustinus
Tahun terbit: 2016, Oktober (Cetakan Kedua)
Nilai (antara 1 sampai 9): 8,1
Cover:
Akhirnya bisa nyempetin lagi buat
nulis di blog. Hehehehe. Apa kabar semua?! Teteep asiiikkk... Jawaban ala TV-show
jadul yang enggak semua orang bisa ngerti. Btw, kali ini gue bersyukur mampu
membaca sebuah karya yang sedang jadi bahan omongan di dunia pecinta buku.
Sebuah novel tipis yang banyak dicari, dan sempat jadi best seller di beberapa
lapak jualan buku online. Sebuah novel terjemahan berukuran mungil berjudul
“Rumah Kertas” karya Carlos Maria Dominguez. Pertama mendapatkan buku ini dari
mamang pengirim paket, gue sempet syok dengan bentuk mungil dan tipisnya. Gue
kira bukunya lebih gede sedikit gitu... Dibungkus kertas kopi, gue pikir di
dalemnya berisi buku saku pramuka, atawa buku tabungan hehe, ternyata emang novel
yang gue pesen di salah satu penjual buku onlen langganan.
Selain ukurannya yang unik,
cerita novel ini pun sama uniknya. Kematian seorang profesor yang mengajar di
Universitas Cambridge, membawa salah satu rekannya ke dalam sebuah kisah petualangan
yang terkait dengan buku. Eits, ini bukan soal literasi, ini cerita tentang
buku beneran. Sebuah buku karya Joseph Conrad edisi terjemahan Spanyol yang
dikirim kepada sang mendiang profesor, tiba dengan berselimut semen kering dan
tanpa alamat pengirim. Buku Itu datang pada saat sang penerima telah wafat,
membuat sang rekan berniat mengembalikan buku itu kepada sang pengirim
sekaligus memberitahu kabar duka tentang kematian sang profesor. Hanya catatan
pembuka mendiang profesor yang menjadi petunjuk asal muasal buku tersebut.
Catatan itu menyebutkan nama Carlos, dan sebuah kota di Meksiko, Monterrey.
Sang rekan, yang hingga akhir
cerita tak disebutkan namanya ini, kemudian berusaha mencari tahu berasal dari
mana buku berlapis semen itu, berdasarkan informasi tersebut. Dari Inggris,
akhirnya si tokoh utama menemukan petunjuk yang mengantarkannya kepada
perjalanan melintasi Atlantik ke Amerika Selatan. Di sana, selain mudik ke
kampung halaman sang tokoh utama di Buenos Aires, Argentina, buku itu
membawanya ke ibu kota Uruguay, Montevideo, untuk bertemu beberapa tokoh
perbukuan yang ada di sana. Satu nama tokoh kolektor buku Uruguay pun muncul.
Sesosok lelaki yang memiliki hubungan unik dengan buku-buku yang dimilikinya.
Mencintai buku-buku seperti mencintai seorang kekasih. Saking fanatik terhadap
buku bahkan cenderung nyaris gila karenanya.
Jujur, dengan banyaknya
perbincangan yang digaungkan dimana-mana tentang novel ini, bikin gue penasaran
bingits. Apresiasi yang didapat buku ini begitu besar, terutama dari para penulis
dan penikmat buku yang kebetulan gue ikutin kesehariannya di sosmed. Novel
cimit setebal 76 halaman ini benar-benar berisi sebuah kisah mencengangkan yang
bisa saja terjadi bagi seorang pecinta buku. Fantastis sekaligus tragis. Selain
itu, kilasan dan penuturan tentang profesi dan situasi yang hidup di dunia buku,
mulai dari kolektor buku, tentang bibliografi, peneliti dan penikmat sastra,
sejarah perbukuan Amerika Latin, nama-nama penulis sastra latin, turut menambah
khazanah informasi yang bisa gue dapet dari buku ini.
Carlos Maria Dominguez mencoba
memicu pembaca awam kayak gue agar membaca referensi-referensi lain, agar nyari
tau lebih lanjut tentang sejarah buku atau pun nama tokoh-tokoh sastra yang
tercantum dalam kisah “Rumah Kertas” ini, khususon sejarah sastra Amerika Latin.
Dengan bahasa yang berbunga-bunga dan mendayu khas sastra latin, mungkin bagi
pembaca awam yang enggak nyastra banget bakalan sedikit penat membaca
kalimat-kalimat di buku ini yang bisa dibilang agak muter-muter. Namun intinya,
secara garis besar, novel ini layak jadi bacaan bagi siapa saja yang berminat
menyelami dunia sastra. Gue sih cukup jadi penikmat kelas awam aja. See you
next time~
Comments
Post a Comment