My Opinion About The Book: "Sophismata"
Judul: Sophismata
Penulis: Alanda Kariza
Penerbit: Gramedia (PT Gramedia Pustaka Utama)
Tahun terbit: 2017, Agustus (Cetakan Kedua)
Nilai (antara 1 sampai 9): 7,9
Cover:
Kembali lagi dalam blog usang tak
terurus ini. Seperti biasanya, gue bakalan coba kasih pendapat tentang novel
yang baru aja gue baca. Novel hasil pinjeman yang pada mulanya gue anggep
bakalan menegangkan, tapi enggak tegang-tegang amat ternyata. Novel terbitan
Gramedia ini berjudul “Sophismata” karya jeng Alanda Kariza. Kata ‘sophismata’
sendiri adalah istilah ilmiah era klasik yang biasanya digunakan dalam dunia
filsafat, berasal dari bahasa Yunani, di mana istilah tersebut biasa dipakai
untuk menggambarkan sebuah keadaan yang sukar dimaknai, atau bisa diartikan
juga sebagai sesuatu yang bermakna ambigu. Entah angin apa yang membuat jeng
Alanda Kariza memilih kata itu untuk judul novelnya. Mungkin karena kisah
novelnya yang mengandung ambiguitas di dalamnya?
“Sophismata” menceritakan seorang
gadis bernama Sigi yang menjalani kesehariannya sebagai staf administrasi salah
satu anggota DPR-RI bernama Johar, mantan aktivis yang kini masuk ke dalam
sistem sebagai anggota legislatif. Sigi dikenal sebagai wanita mandiri yang
rela bekerja keras demi mencapai cita-cita, sekaligus gemar memasak kue. Alur
cerita mempertemukan Sigi dengan Timur, sosok kakak kelas Sigi sewaktu SMA,
yang kebetulan melakukan pertemuan dengan Johar suatu siang. Benih cinta (aseli
gue geli sendiri nulis frasa barusan) muncul antara Sigi dan Timur, yang memang
sejak SMA pernah saling mengagumi satu sama lain. Kisah berlanjut pada intrik
politik yang mendera Johar, membuat Sigi muak akan politik. Di sisi lain,
Timur, pemuda yang disukai Sigi, justru berencana akan terjun ke dunia politik
dengan cara mendirikan partai politik baru.
Seorang wanita misterius bernama
Megara, yang mengaku sebagai kekasih Johar, membuat Sigi membuka mata, ternyata
sang atasan tak seperti sosok yang selama ini dia ketahui. Dirinya semakin
tercengang ketika mengetahui bagaimana sang politisi mengatasi skandal dengan wanita
misterius tersebut lewat salah satu asistennya yang bernama Gilbert. Tambah
lagi, Sigi melihat Johar semakin menunjukkan obsesi pribadinya yang berani
melakukan apa pun demi mendapatkan kekuasaan. Gadis itu pun mulai
bertanya-tanya, apakah semua politisi memiliki tindakan yang serupa seperti
Johar? Lantas, apakah ketika Timur, lelaki yang mulai disayanginya, terjun ke
dunia politik, mungkinkah berubah menjadi sosok serupa itu pula? Apa yang
terjadi selanjutnya? Baca aja ndiri.
Alanda Kaliza coba menuliskan
novel romansa dalam balutan kisah politik, meski setelah dibaca enggak
politik-politik amat sih isinya. Tak ada konflik politik njelimet yang bikin pembaca
puter otak 340x. Hanya sekelumit dunia politik yang tersingkap melalui tokoh
Johar, sang anggota dewan. Akan tetapi, yang sekelumit itu pun sejujurnya mampu
membuka wawasan pembaca awam seperti saya tentang apa yang terjadi di dunia
politik negara kita tercinta. Alur kisah cinta dan penjelasan tentang idealisme
yang dimiliki dua tokoh utama, Timur dan Sigi, terkesan dewasa dan enggak
menyek-menyek sehingga sangat enak dibaca, dan mudah dipahami oleh sosok awam
kayak gue. Selebihnya, buat pecinta novel roman, “Sophismata” cukup layak jadi
bacaan kala akhir pekan, dan sepertinya bisa menambah wawasan.
Comments
Post a Comment