Mahasiswa Absurd (Chapter 6)
Sesampainya di depan kampus swasta nan mentereng itu, Putri mengajak gue sejenak masuk ke dalam sebuah kamar sempit ber-AC yang sepertinya tidak asing buat gue. Sebuah ruangan penuh dengan harapan masa depan, dengan visi kesejahteraan bangsa. Kamar yang berisi sebuah mesin sedekah yang diciptakan oleh badan usaha yang menyatakan diri bernama Bank. Ya, Putri ngajak gue ke ATM mas bro! Sebuah kegiatan rutin yang dilakukan oleh mahasiswa rantau di tanggal tua, dimana uang dalam dompet tiada tersisa, dan semua intelektual muda seakan-akan menunjukan tindak-tanduk kriminal yang mencurigakan. “Mau cek saldo dulu Ki, biasa.” Ucap Putri. “Oke, siap bos.” Jawab gue singkat, sambil angkat jempol. Dua jempol. Jempol kaki malah. Entah kenapa, perasaan gue jadi agak berbunga-bunga semenjak Putri memasukan kartu ATM miliknya ke dalam saku gue, loh kok?! Absurd banget. Maksud gue, saat kartu debit sebuah bank nasional milik Putri dimasukan ke dalam sebuah mesin berbagi uang otomatis yang...